Suatu hari teriakan itu kembali terdengar lantang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Seorang ibu muda tergopoh-gopoh menghampiri, “Bang, ada telor asin?” Abang pemilik suara itu pun dengan wajah menyesal menjawab, “Wah, nggak ada Bu. Telor asinnya lagi kosong.” Si Ibu pun menatap si Abang penjual tahu dengan heran, “Lha, tadi teriak lontong-tahu, peyek, telor asin. Kok telor-nya nggak ada?” dumelnya sambil berlalu masuk ke kerumah.
Hari berikutnya seorang ibu lain
menghampiri si Abang penjual lontong-tahu tersebut. Sesaat setelah
teriakannya menyapa telinga, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Ibu tersebut bertanya, “Bang, ada telor asinnya nggak?” Kali ini si Abang menjawab, “Telor asin lagi susah, Bu!” Kini, si Ibu lebih galak, memprotes si Abang, “Nggak ada telor asinnya kok teriak telor asin!” Si Abang pun hanya senyum mesam-mesem.
Allah SWT mendidik kita dengan metode repetitive melalui shalat lima waktu agar membuktikan ketaatan dan memahami makna kehidupan.
Entah berteriak tiga serangkai “lontong-tahu, peyek, telor
asin” merupakan satu kesatuan bunyi yang telah dihapal oleh si Abang
atau memang si Abang kadung lupa bahwa salah satu barang yang
ditawarkannya ternyata tak ada. Yang jelas teriakan si Abang hari-hari
berikutnya tetap sama. Mengulang teriakan yang sama, menyapa telinga
dengan bunyi dan intonasi yang sama, informasi yang disampaikannya pun
selalu berulang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!”
Menarik sekali memperhatikan polah si
penjual lontong-tahu di atas. Sesuatu yang diulangnya entah berapa ribu
kali sepanjang sejarah profesinya sebagai penjual lontong-tahu, telah
membuatnya fasih mengucapkan rangkaian kata tersebut. Tanpa harus
membuatnya berpikir-ulang tentang kebenarannya.
Hal ini sejatinya sangat bermanfaat dalam metode pembelajaran anak-anak kita.
Kekuatan Repetitive (Pengulangan)
Repetitive atau pengulangan
memang sebuah metode yang dikenal dalam dunia pembelajaran. Seorang guru
kerap meminta murid-muridnya untuk mengulang kembali pelajaran yang
telah diberikan ketika belajar kembali di rumah. Tujuannya agar
pelajaran yang telah diterima melekat dalam ingatan.
Setiap karyawan pabrik terutama pabrik-pabrik milik Jepang, senantiasa mengikuti apel pagi dengan mengulang core value
perusahaan. Tujuannya tak lain untuk membuat karyawan menghayati
nilai-nilai utama tersebut dan mengaplikasikannya. Lebih jauh, Allah SWT
pun mendidik kita dengan metode repetitive ini melalui shalat.
Shalat yang wajib didirikan lima waktu sehari agar setiap Muslim
membuktikan ketaatan dan mudah memahami makna kehidupan.
Dokter Oz yang sering menjadi partner Oprah Winfrey dalam talk show-nya
mengatakan, menyampaikan imbauan pada anak untuk melakukan sesuatu
sebanyak sepuluh kali baru merupakan pemanasan. Dengan demikian,
sebagai orangtua tentu sudah merupakan sebuah kewajiban bagi kita untuk
ikhlas dan bersabar menemani buah hati untuk belajar dan mengulanginya.
Pengulangan ini membuat anak menerima dan menancapkan keimanan dalam hatinya tanpa sibuk mempertanyakan kembali kebenarannya.
Keikhlasan dan kesabaran orangtua dalam
membimbing anak mengulangi pengetahuan yang diperolehnya akan sangat
bermanfaat untuk membuat anak merasa mendapatkan dukungan dan penguatan.
Dengan demikian, menanamkan keyakinan akan tauhid dan kebenaran Islam
pun akan menjadi lebih mudah.
Karena, sebagaimana kecenderungan anak
yang mempercayai penuh apa yang dikatakan oleh orang-orang di
sekelilingnya, maka semakin banyak orang yang mengulang-ulang kebenaran
tersebut, akan membuatnya semakin yakin bahwa ia berada di jalan yang
seharusnya. Pengulangan dan dukungan ini nantinya pun akan membuat anak
menerima dan menancapkan keimanan dalam hatinya tanpa sibuk
mempertanyakan kembali kebenarannya.
Allah berfirman, “Sungguh, Robbmu,
Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Dan, sungguh, Kami telah
memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan
Al-Quran yang agung.” (Qs. Al-Hijr 87).
Tujuh ayat yang dimaksud oleh ayat di
atas, oleh sebagian ulama diartikan dengan surat Al-Fatihah yang dibaca
seorang Muslim berulang-ulang sebanyak 17 kali dalam sehari. Hal ini
tentu merupakan metode pembelajaran dari Allah SWT agar hamba-Nya
memahami hakikat sejati kehidupan. Sebagai ciptaan yang tak dapat
berlepas diri dari kehendak dan pertolongan-Nya. Sebagai abdi yang
seharusnya selalu memohon agar kebersamaan dengan Allah SWT dalam bentuk
ketaatan, senantiasa dikaruniakan-Nya, agar Sang Pencipta berkenan
menghindarkannya dari kejahatan dirinya sendiri maupun mahluk lain.
Sehingga kelak ia akan pulang dalam kehidupan surga yang abadi.
Metode pengulangan yang diajarkan Allah
ini seharusnya kita wariskan pada buah hati kita agar ia mengetahui
dengan pasti ke mana ia harus melangkah.
Arah dan tujuan hidup inilah yang selalu
diingatkan berulang kali oleh Allah pada kita, sebagai hamba, agar
selalu ingat dan meluruskan langkah. Pengulangan yang diajarkan Allah
SWT ini pula yang seharusnya kita wariskan pada buah hati kita. Agar ia
pun mengetahui dengan pasti ke mana ia harus melangkah, apa yang harus
digunakannya saat tersesat agar dapat kembali, dan apa yang mesti
diyakininya tanpa banyak mempertanyakan.
Semuanya hanya dapat diperoleh, tak
lain, hanya dengan meneguhkan ketaatan dan keyakinannya. Dengan cara
mengulang-ulang dalam benak anak-anak kita bahwa Allah, hanya Dia
sajalah, Rabb yang Mahakuasa, Maha Menyayanginya, dan tak pernah
mengharapkan sesuatu dari hamba-Nya kecuali kebaikan bagi mereka. (Admin-HASMI/vo).
Categories: Materi Islami