Sebagai seorang muslim tentunya kita
memiliki kewajiban yang telah ditentukan aturannya oleh Allah dan
Rasul-Nya, dan memiliki konsekuensi-konsekuensi yang harus diambil atau
dijalani manakala diri kita telah komitmen dengan keislaman kita. Dapat
kita lihat di dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat yang ke 208 yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
secara kaffah (menyeluruh) dan janganlah ikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.
Nah, salah satu konsekuensi yang harus
kita ambil untuk memenuhi komitmen kita sebagai seorang muslim adalah
dengan berhijrah yaitu hijrah dari perbuatan yang dinilai buruk oleh
agama menuju perbuatan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan
salah satu perbuatan yang Allah ridhai adalah menikah tanpa melalui
pacaran. Karena memang Islam tidak memiliki konsep pacaran sebelum
melangkah ke pernikahan, bisa kita simak bersama di dalam Qur’an Surat
Al-Israa ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Sungguh jelas bagi kita bahwa pacaran
mengandung praktek mendekati zina dan dapat menjurus ke perzinahan yang
sesungguhnya, yang tentunya harus kita jauhi.
Bagi seorang muslim yang ingin
menjalankan komitmennya, kemudian memutuskan untuk menikah tanpa melalui
proses pacaran dan cukup dengan proses ta’aruf secara Islami, terkadang
tergambar dalam pikiran dan di benak hati, seorang calon pasangan yang
akan menjadi pendamping hidup yang benar-benar mengamalkan apa yang
telah dicontohkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ini
merupakan keinginan yang wajar dan manusiawi jika kita ingin pasangan
hidup kita shalih atau shalihah, berusaha selalu membantu pekerjaan
masing-masing pasangan, dan lain sebagainya.
Ketika proses ta’aruf terlaksana dan
pernikahanpun berlangsung dengan baik, kemudian sebuah pertanyaan muncul
dalam hati, apakah gambaran kita sebelumnya tentang pasangan kita yang
kita anggap ideal benar-benar terwujud pada kenyataannya? Oleh karena
itu, perlu bagi siapa saja yang baru saja menikah atau sudah menjalani
hidup berumah-tangga, untuk bisa menjawab dengan bijak pertanyaan yang
senantiasa muncul tersebut serta bisa menyikapi pasangan hidup kita dan
bagaimana cara menyikapinya, agar rumah tanggapun diliputi keharmonisan
diantara pasangan .
Nah berikut ini, adalah tips-tips bagaimana kita menyikapi pasangan hidup kita yang telah menjalani hidup berumah tangga :
1.Terimalah pasangan kita apa adanya
Perlu diketahui bersama bahwa pernikahan
yang dilakukan, adalah bentuk penyatuan dua keluarga besar yang berbeda
suku, kultur dan budaya serta pola asuh yang diterapkan pada
masing-masing keluarga. Hal ini tentu saja tidak mudah untuk merubah
karakter yang telah melekat pada pasangan hidup kita, baik suami maupun
istri. Namun, Insya Allah dengan kita senantiasa terus mendalami
ilmu-lmu yang Islami, maka ini akan menyadarkan kita secara
perlahan-perlahan untuk menjadi pribadi yang kaffah.
Dan perlu diingat, jangan pernah
sekali-kali menbandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup
teman atau saudara kita yang lain. Yakinlah bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala pasti memberikan jodoh yang sebanding untuk kita. Bukankah kita
telah mengetahui dengan pasti bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
pernah mengingkari janji-janji-Nya ?
2. Pandai bersyukur atas anugerah pasangan yang shalih atau shalihah
Sebagai seorang muslim, kita harus
bersyukur pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan anugerah
terindah dalam hidup kita yaitu seorang pasangan hidup yang se-‘aqidah,
sevisi dan semisi dalam mengarungi biduk rumah tangga. Coba kita
bayangkan, misalkan ada dalam sebuah rumah tangga yang suaminya
selingkuh, yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga, yang suami tidak
shalat, ada juga yang istrinya tidak mau patuh dan taat pada suami
padahal yang diperintahkan adalah hal-hal yang baik dan juga
kemaksiatan-kemaksiatan dalam rumah tangga yang lainnya. Sementara
Alhamdulillah, Allah anugerahkan kepada kita pasangan hidup yang selalu
membaca Al-Qur’an, rajin datang kajian keislaman, aktif mengerjakan
sunnah . Sementara rumah tangga lain, mungkin suaminya sering
berkata-kata kasar, istrinya yang cerewet dan membangkang pada suami.
Sementara kita ? Alhamdulillah, suami kita selalu berkata-kata lembut
dan sangat menjaga perasaan kita, atau istri kita yang menghormati
kedudukan suaminya. Tentunya sebagai seorang muslim yang mendapatkan
anugerah seperti ini, patut untuk bersyukuri.” Nikmat Allah mana lagi yang kita dustakan ?
3. Saling menutup aib pasangan hidup kita
Sebagai seorang muslim dan tentu saja
kita juga sebagai manusia biasa, pastinya tidak luput dari dosa dan
kesalahan. tiada manusia yang sangat sempurna, semua kita pasti
mempunyai kelemahan dan kekurangan. begitupun dalam pasangan hidup kita,
kita mungkin mendapatkan kekurangan dari pasangan kita, maka segala
kekurangan dari pasangan kita sebaiknya harus kita tutupi, tidak perlu
kita ceritakan pada orang lain. Biarlah semua hanya suami dan isteri
saja yang tahu akan aib pasangan hidup kita. Yakinlah di setiap
kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah berikan banyak kelebihan
pada dirinya, Bukankah setiap pasangan hidup merupakan pakaian bagi
pasangan hidupnya ?
4. Saling meningkatkan diri dan potensi pasangan hidup kita
Ada beberapa gambaran rumah tangga yang
dianalogikan, ada rumah tangga laba-laba, rumah tangga pasar dan rumah
tangga kuburan. Nah yang terbaik adalah rumah tangga seperti masjid. Di
mana dalam rumah tangga tersebut tercipta suasana saling asih, asah dan
asuh. Suami dan isteri senantiasa meningkatkan sisi ketaqwaan, sisi
pendidikan, sisi ekonomi, sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah
mawaddah warohmah. Suami tidak boleh membiarkan isteri untuk tidak
berkembang, terutama dari sisi tsaqofah atau pengetahuan. Jika memang
ada rezeki, tidak salah jika isteri diizinkan untuk menimba ilmu agama
kembali di sebuah lembaga pendidikan syar’i yang dikhususkan untuk
muslimah.
Semoga artikel ini mampu memberikan
semangat dan motivasi untuk kita yang sudah berkeluarga dan juga
saudara-saudara kita yang shalih dan shalihah untuk segera mewujudkan
niat yang suci yaitu menggenapkan setengah diin. Yakinlah, menikah
tidaklah serumit dan sekompleks apa yang dibayangkan sebagian orang. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.
Categories: Materi Islami