Sabtu, 31 Maret 2012
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Robbul ‘alamin, Pencipta alam semesta dan segala isinya, tidak mungkin perintah-perintah-Nya mencelakakan makhluk-Nya. Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
turunkan selaras lagi senada dengan fitrah. Semua syari’at-Nya adalah
rahmat. Terpisah-nya Islam dari ruh dan jiwa manusia adalah malapetaka.
Memperjuangkan agama-Nya adalah kelestarian bagi semesta. Sudah
sepatutnya seorang muslim menjadi seorang da’i.
Dalam tafsirnya Zadul Masiir, Imam Ibnul Jauzi mengatakan bahwa kata “ar-Robb” mengandung tiga makna: (a) Pemilik, seperti dikatakan Robbud dar (pemilik rumah) (b) Pemelihara seperti dikatakan Robbusy syai’ (pemelihara sesuatu) (c) Tuan yang ditaati. Semua arti ini menun-jukkan betapa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga ciptaan-Nya. Dan sebagai perwu-judannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah meletakkan hukum atau sistem yang mengatur perjalanan segala
makhluk di alam semesta, dan jalan hidup manusia. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih di antara manusia-manusia itu sebagai pejuang-Nya. Semua Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk menyeru kepada Islam.
Islam adalah “way of life”, sistem yang mengatur jalan hidup manusia. Allah sendiri yang menyebut dengan nama al-Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 19).
“Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 85).
Hanya Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala akui sebagai jalan hidup manusia. Tanpa Islam semua manusia akan celaka. Otak manusia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
cipta-kan, bukan untuk mengarang dalam permasalahan agama. Agama apapun
karangan otak manusia tidak mungkin bisa menjadi solusi atas segala
permasalahan yang ada. Perjuangan yang tidak berada dalam rel Islam
adalah sia-sia atau bahkan hakikat-nya menambah rusak dunia.
Islam agama fitroh. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan manusia dengan bekal fitroh yang sesuai dengan Islam.
Manusia sepanjang zaman tidak bisa lari dari seruan fitrohnya. Bila ia
menjauh dari seruan fitroh itu, jiwanya pasti meronta-ronta.
Kege-lisahan demi kegelisahan akan terus mencekam jiwa manusi. Begitu
banyak manusia yang bunuh diri hanya karena kekeringan jiwa, padahal
secara materi mereka tidak kekurangan. Ribuan manusia melakukan bunuh
diri di dunia setiap tahunnya. Sebab utama tindakan bunuh diri ini
rata-rata karena kekosongan jiwa dari ajaran Islam. Kenyataan ini semua
adalah dalil bahwa manusia benar-benar diambang kehancuran ketika tidak
mengikuti Islam. Mereka tidak akan pernah bahagia di dunia apalagi di
akhirat tanpa kembali kepada Islam. Sebab hanya Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan paling sesuai dengan panggilan fitrohnya. Hanya Islam yang layak diperjuangkan demi penyelamatan seluruh manusia.
Sekalipun manusia berusaha menghancurkan
Islam dan pejuang pemusnah Islam ada sepanjang sejarah, Islam tidak
akan pernah musnah, pejuang Islam tak pernah habis. Dibanding
agama-agama lain, Islam adalah agama yang paling banyak dimusuhi. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesa-lan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. al-Anfal [8]: 36).
“Mereka ingin hendak memadam-kan
cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. ash-Shof [61]: 8).
Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji bahwa sampai kapanpun, musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhasil melakukan tindakan makarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. at-Taubah [9]: 33).
Allah Subhanahu wa Ta’ala
sendiri yang menjamin untuk menjaga agama ini. Segala upaya yang
ditempuh para musuh, Allah mentahkan. Lebih dari itu, jumlah pemeluk
Islam justru se-makin bertambah dari masa ke masa. Ini adalah fakta yang
mem-buktikan bahwa manusia cerdas masa depan pasti akan kembali dan
memperjuangkan Islam. Mereka tidak akan pernah menerima agama yang tidak
otentik, tidak murni dan tidak sesuai dengan fitrohnya. Mereka pasti
akan segera mengkritisi berbagai pe-nyimpangan yang terdapat pada ajaran
agama selain Islam.
Syeikh Abul Hasan An-Nadwi Rahimahullah, menulis sebuah buku judulnya “maadzaa khasiral aalam bin kht-haathil muslimiin” (kerugian
yang menimpa manusia karena keterpu-rukan umat Islam). Ini menunjuk-kan
bahwa manusia tidak akan pernah menemukan kemanusiaannya selama tidak
kembali kepada Islam. Terbukti memang bahwa manusia tanpa Islam,
benar-benar hidup dalam kebingungan. Disebutkan dalam buku tersebut
bahwa pada zaman jahiliyah -sebelum datangnya Islam- kaum wanita
di-zholimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak kemanusiaannya sama sekali.
Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang dibunuh hidup-hidup. Jauh
sebelum itu di Romawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh terpuruk
dalam kebinatangan. Tontonan yang paling menyenangkan pada waktu itu
adalah pertarungan yang berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang
harus melayangkan nyawanya. Para gladiator diadu dengan sesama mereka,
atau mereka dipaksa harus bertarung melawan binatang buas seperti singa
dan lain sebagainya. Suatu pertarungan yang menunjuk-kan tingkat
kejamnya manusia ter-hadap kemanusiaannya sendiri. Dengan kata lain di
sana nampak bahwa manusia benar-benar tidak ada harga-nya sama sekali.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mem-beri kabar gembira dengan firman-Nya:
“Musa berkata kepada kaumnya, ‘Minta
tolonglah kalian kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; di-pusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. al-A’rof [7]: 128).
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan
akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu Isl
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.” (QS. Ali Imron [3]: 9).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam banyak kesempatan seringkali memberikan kabar gembira. Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah me-ngumpulkan untukku
dunia, maka aku menyaksikannya dari ujung timur dan barat, dan kerajaan
umatku akan melampaui timur dan barat seperti yang dikumpulkan untukku,
dan aku diberi dua kekayaan (emas dan perak atau kekayaan dua kerajaan
Romawi dan Persia).” (HR. Muslim).
“Berilah kabar gembira kepada umatku dengan kemenangan, ke-tenangan
di negerinya, pertolongan Allah, dan kemuliaan agamanya. Siapa yang
menjadikan amal akhiratnya untuk dunia, maka di akhirat ia tidak akan
mendapatkan apa-apa.”(HR. Ahmad no. 20273).
Masa depan adalah milik Islam dan umatnya. Sampai kapanpun manusia tetap akan membutuhkan-nya. Sebab ia adalah way of life,
dan suara fitroh insaniyah. Dengan Islam manusia akan memperlakukan
dirinya sebagai manusia. Ia akan bisa menjalani hidupnya secara seimbang
di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah menjanjikan bahwa Islam dan umatnya pasti akan menang. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Tetapi semua ini tidak bisa di-capai
dengan hanya membaca tulisan ini lalu mengkhayal. Islam adalah pedoman
hidup, yang harus diamalkan dan diperjuangkan. Umat Islam harus bergerak
penuh gelora untuk mem-perjuangkannya. Tidak hanya “menyendiri”
dipojok-pojok masjid “melupakan” umat, melainkan harus merambah ke
kehidupan nyata.
Semua dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang
global, harus diwujudkan dalam program dakwah yang nyata. Segala aspek
politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya harus diatur Islam.
Inilah Islam yang diyakini Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
dan sahabat-sahabatnya. Mereka tidak hanya duduk ber-ibadah di masjid,
melainkan terus bergerak menyebarkannya dan merealisasikannya dalam
kehidupan nyata, secara total. Dan dengan upaya semacam itulah, dulu
Islam dan umatnya yang dianggap kaum pinggiran, benar-benar pernah mampu
menaklukkan dua kekuatan super power pada masanya: Romawi dan Persia. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘alam ::.
16.08
Smartvone
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Robbul ‘alamin, Pencipta alam semesta dan segala isinya, tidak mungkin perintah-perintah-Nya mencelakakan makhluk-Nya. Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
turunkan selaras lagi senada dengan fitrah. Semua syari’at-Nya adalah
rahmat. Terpisah-nya Islam dari ruh dan jiwa manusia adalah malapetaka.
Memperjuangkan agama-Nya adalah kelestarian bagi semesta. Sudah
sepatutnya seorang muslim menjadi seorang da’i.
Dalam tafsirnya Zadul Masiir, Imam Ibnul Jauzi mengatakan bahwa kata “ar-Robb” mengandung tiga makna: (a) Pemilik, seperti dikatakan Robbud dar (pemilik rumah) (b) Pemelihara seperti dikatakan Robbusy syai’ (pemelihara sesuatu) (c) Tuan yang ditaati. Semua arti ini menun-jukkan betapa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga ciptaan-Nya. Dan sebagai perwu-judannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah meletakkan hukum atau sistem yang mengatur perjalanan segala
makhluk di alam semesta, dan jalan hidup manusia. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih di antara manusia-manusia itu sebagai pejuang-Nya. Semua Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk menyeru kepada Islam.
Islam adalah “way of life”, sistem yang mengatur jalan hidup manusia. Allah sendiri yang menyebut dengan nama al-Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 19).
“Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 85).
Hanya Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala akui sebagai jalan hidup manusia. Tanpa Islam semua manusia akan celaka. Otak manusia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
cipta-kan, bukan untuk mengarang dalam permasalahan agama. Agama apapun
karangan otak manusia tidak mungkin bisa menjadi solusi atas segala
permasalahan yang ada. Perjuangan yang tidak berada dalam rel Islam
adalah sia-sia atau bahkan hakikat-nya menambah rusak dunia.
Islam agama fitroh. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menciptakan manusia dengan bekal fitroh yang sesuai dengan Islam.
Manusia sepanjang zaman tidak bisa lari dari seruan fitrohnya. Bila ia
menjauh dari seruan fitroh itu, jiwanya pasti meronta-ronta.
Kege-lisahan demi kegelisahan akan terus mencekam jiwa manusi. Begitu
banyak manusia yang bunuh diri hanya karena kekeringan jiwa, padahal
secara materi mereka tidak kekurangan. Ribuan manusia melakukan bunuh
diri di dunia setiap tahunnya. Sebab utama tindakan bunuh diri ini
rata-rata karena kekosongan jiwa dari ajaran Islam. Kenyataan ini semua
adalah dalil bahwa manusia benar-benar diambang kehancuran ketika tidak
mengikuti Islam. Mereka tidak akan pernah bahagia di dunia apalagi di
akhirat tanpa kembali kepada Islam. Sebab hanya Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan paling sesuai dengan panggilan fitrohnya. Hanya Islam yang layak diperjuangkan demi penyelamatan seluruh manusia.
Sekalipun manusia berusaha menghancurkan
Islam dan pejuang pemusnah Islam ada sepanjang sejarah, Islam tidak
akan pernah musnah, pejuang Islam tak pernah habis. Dibanding
agama-agama lain, Islam adalah agama yang paling banyak dimusuhi. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesa-lan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. al-Anfal [8]: 36).
“Mereka ingin hendak memadam-kan
cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. ash-Shof [61]: 8).
Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji bahwa sampai kapanpun, musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhasil melakukan tindakan makarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. at-Taubah [9]: 33).
Allah Subhanahu wa Ta’ala
sendiri yang menjamin untuk menjaga agama ini. Segala upaya yang
ditempuh para musuh, Allah mentahkan. Lebih dari itu, jumlah pemeluk
Islam justru se-makin bertambah dari masa ke masa. Ini adalah fakta yang
mem-buktikan bahwa manusia cerdas masa depan pasti akan kembali dan
memperjuangkan Islam. Mereka tidak akan pernah menerima agama yang tidak
otentik, tidak murni dan tidak sesuai dengan fitrohnya. Mereka pasti
akan segera mengkritisi berbagai pe-nyimpangan yang terdapat pada ajaran
agama selain Islam.
Syeikh Abul Hasan An-Nadwi Rahimahullah, menulis sebuah buku judulnya “maadzaa khasiral aalam bin kht-haathil muslimiin” (kerugian
yang menimpa manusia karena keterpu-rukan umat Islam). Ini menunjuk-kan
bahwa manusia tidak akan pernah menemukan kemanusiaannya selama tidak
kembali kepada Islam. Terbukti memang bahwa manusia tanpa Islam,
benar-benar hidup dalam kebingungan. Disebutkan dalam buku tersebut
bahwa pada zaman jahiliyah -sebelum datangnya Islam- kaum wanita
di-zholimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak kemanusiaannya sama sekali.
Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang dibunuh hidup-hidup. Jauh
sebelum itu di Romawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh terpuruk
dalam kebinatangan. Tontonan yang paling menyenangkan pada waktu itu
adalah pertarungan yang berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang
harus melayangkan nyawanya. Para gladiator diadu dengan sesama mereka,
atau mereka dipaksa harus bertarung melawan binatang buas seperti singa
dan lain sebagainya. Suatu pertarungan yang menunjuk-kan tingkat
kejamnya manusia ter-hadap kemanusiaannya sendiri. Dengan kata lain di
sana nampak bahwa manusia benar-benar tidak ada harga-nya sama sekali.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mem-beri kabar gembira dengan firman-Nya:
“Musa berkata kepada kaumnya, ‘Minta
tolonglah kalian kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; di-pusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. al-A’rof [7]: 128).
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan
akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu Isl
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.” (QS. Ali Imron [3]: 9).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam banyak kesempatan seringkali memberikan kabar gembira. Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah me-ngumpulkan untukku
dunia, maka aku menyaksikannya dari ujung timur dan barat, dan kerajaan
umatku akan melampaui timur dan barat seperti yang dikumpulkan untukku,
dan aku diberi dua kekayaan (emas dan perak atau kekayaan dua kerajaan
Romawi dan Persia).” (HR. Muslim).
“Berilah kabar gembira kepada umatku dengan kemenangan, ke-tenangan
di negerinya, pertolongan Allah, dan kemuliaan agamanya. Siapa yang
menjadikan amal akhiratnya untuk dunia, maka di akhirat ia tidak akan
mendapatkan apa-apa.”(HR. Ahmad no. 20273).
Masa depan adalah milik Islam dan umatnya. Sampai kapanpun manusia tetap akan membutuhkan-nya. Sebab ia adalah way of life,
dan suara fitroh insaniyah. Dengan Islam manusia akan memperlakukan
dirinya sebagai manusia. Ia akan bisa menjalani hidupnya secara seimbang
di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah menjanjikan bahwa Islam dan umatnya pasti akan menang. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Tetapi semua ini tidak bisa di-capai
dengan hanya membaca tulisan ini lalu mengkhayal. Islam adalah pedoman
hidup, yang harus diamalkan dan diperjuangkan. Umat Islam harus bergerak
penuh gelora untuk mem-perjuangkannya. Tidak hanya “menyendiri”
dipojok-pojok masjid “melupakan” umat, melainkan harus merambah ke
kehidupan nyata.
Semua dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang
global, harus diwujudkan dalam program dakwah yang nyata. Segala aspek
politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya harus diatur Islam.
Inilah Islam yang diyakini Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
dan sahabat-sahabatnya. Mereka tidak hanya duduk ber-ibadah di masjid,
melainkan terus bergerak menyebarkannya dan merealisasikannya dalam
kehidupan nyata, secara total. Dan dengan upaya semacam itulah, dulu
Islam dan umatnya yang dianggap kaum pinggiran, benar-benar pernah mampu
menaklukkan dua kekuatan super power pada masanya: Romawi dan Persia. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘alam ::.
Rabu, 28 Maret 2012
Beliau adalah Hafshah putri dari Umar bin Khaththab Radiyallahu ‘anhu,
seorang shahabat agung yang melalui perantara beliau-lah Islam memiliki
wibawa. Hafshah adalah seorang wanita yang masih muda dan berparas
cantik, bertaqwa juga termasuk wanita yang disegani.
Pada mulanya Hafshah dinikahi salah seorang shahabat yang mulia bernama Khunais bin Khudzafah bin Qais as-Sahmi al-Quraisy Radiyallahu ‘anhu
yang pernah berhijrah dua kali, ikut dalam perang Badar dan perang Uhud
namun setelah itu beliau wafat di negeri hijrah karena sakit yang
beliau alami waktu perang Uhud. Beliau meninggalkan seorang janda yang
masih muda dan bertaqwa yakni Hafshah yang ketika itu masih berumur 18
tahun.
Umar benar-benar merasakan gelisah
dengan adanya keadaan putrinya yang menjanda dalam keadaan masih muda
dan beliau masih merasakan kesedihan dengan wafatnya seorang menantu
yang dia adalah seorang muhajir dan mujahid. Beliau mulai merasakan
kesedihan setiap kali masuk rumah melihat putrinya dalam keadaan
berduka. Setelah berfikir panjang maka Umar Radiyallahu ‘anhu
berkesimpulan untuk mencarikan suami bagi putrinya sehingga dia dapat
bergaul dengannya dan agar kebahagiaan yang telah hilang tatkala dia
menjadi seorang istri selama kurang lebih enam bulan dapat kembali.
Akhirnya pilihan Umar jatuh pada Abu Bakar Ash Shidiq Radiyallahu ‘anhu orang yang paling dicintai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu
dengan sifat tenggang rasa dan kelembutannya dapat diharapkan
membimbing Hafshah yang mewarisi watak bapaknya yakni bersemangat tinggi
dan berwatak tegas. Maka segeralah Umar Radiyallahu ‘anhu menemui Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu dan menceritakan perihal Hafshah berserta ujian yang menimpa dirinya yakni berstatus janda.
Sedangkan ash-Shiddiq Radiyallahu ‘anhu memperhatikan dengan rasa iba dan belas kasihan. Kemudian barulah Umar Radiyallahu ‘anhu menawari Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu agar mau memperistri putrinya. Dalam hatinya dia tidak ragu bahwa Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu mau menerima seorang yang masih muda dan bertaqwa, putri dari seorang laki-laki yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala penyebab untuk menguatkan Islam. Namun ternyata Abu Bakar tidak menjawab apa-apa.
Maka berpalinglah Umar dengan membawa
kekecewaan hatinya yang hampir-hampir dia tidak percaya (dengan sikap
Abu Bakar). Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju rumah Utsman bin
Affan yang mana ketika itu istri beliau yang bernama Ruqqayah binti Rasulullah telah wafat karena sakit yang dideritanya.
Umar menceritakan perihal putrinya
kepada Utsman dan menawari agar mau menikahi putrinya, namun beliau
menjawab: “Aku belum ingin menikah saat ini”. Semakin bertambahlah
kesedihan Umar atas penolakan Utsman tersebut setelah ditolak oleh Abu
Bakar. Dan beliau merasa malu untuk bertemu dengan salah seorang dari
kedua shahabatnya tersebut padahal mereka berdua adalah kawan karibnya
dan teman kepercayaannya yang faham betul tentang kedudukannya. Kemudian
beliau menghadap Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan keadaan dan sikap kedua shahabatnya itu. Maka tersenyumlah Rasulllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata:
“Hafshah akan dinikahi oleh orang yang
lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman sedangkan Ustman akan menikahi
wanita yang lebih baik daripada Hafshah (yaitu putri beliau Ummu Kultsum
Radhiyallaahu ‘anha-red)”
Wajah Umar bin Khaththab berseri-seri
karena kemuliaan yang agung ini yang mana belum pernah terlintas dalam
angan-angannya. Hilanglah segala kesusahan hatinya, maka dengan segera
dia menyampaikan kabar gembira tersebut kepada setiap orang yang
dicintainya sedangkan Abu Bakar adalah orang yang pertama kali beliau
temui.
Maka tatkala Abu Bakar melihat Umar
dalam keadaan gembira dan suka cita maka beliau mengucapkan selamat
kepada Umar dan meminta maaf kepada Umar sambil berkata “janganlah
engkau marah kepadaku wahai Umar karena aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut Hafshah. Hanya saja aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam;
seandainya beliau menolak Hafshah maka pastilah aku akan menikahinya.
Maka Madinah mendapat barokah dengan indahnya pernikahan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
dengan Hafshah binti Umar pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah.
Begitu pula barokah dari pernikahan Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum
binti Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah juga.
22.16
Smartvone
Beliau adalah Hafshah putri dari Umar bin Khaththab Radiyallahu ‘anhu,
seorang shahabat agung yang melalui perantara beliau-lah Islam memiliki
wibawa. Hafshah adalah seorang wanita yang masih muda dan berparas
cantik, bertaqwa juga termasuk wanita yang disegani.
Pada mulanya Hafshah dinikahi salah seorang shahabat yang mulia bernama Khunais bin Khudzafah bin Qais as-Sahmi al-Quraisy Radiyallahu ‘anhu
yang pernah berhijrah dua kali, ikut dalam perang Badar dan perang Uhud
namun setelah itu beliau wafat di negeri hijrah karena sakit yang
beliau alami waktu perang Uhud. Beliau meninggalkan seorang janda yang
masih muda dan bertaqwa yakni Hafshah yang ketika itu masih berumur 18
tahun.
Umar benar-benar merasakan gelisah
dengan adanya keadaan putrinya yang menjanda dalam keadaan masih muda
dan beliau masih merasakan kesedihan dengan wafatnya seorang menantu
yang dia adalah seorang muhajir dan mujahid. Beliau mulai merasakan
kesedihan setiap kali masuk rumah melihat putrinya dalam keadaan
berduka. Setelah berfikir panjang maka Umar Radiyallahu ‘anhu
berkesimpulan untuk mencarikan suami bagi putrinya sehingga dia dapat
bergaul dengannya dan agar kebahagiaan yang telah hilang tatkala dia
menjadi seorang istri selama kurang lebih enam bulan dapat kembali.
Akhirnya pilihan Umar jatuh pada Abu Bakar Ash Shidiq Radiyallahu ‘anhu orang yang paling dicintai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu
dengan sifat tenggang rasa dan kelembutannya dapat diharapkan
membimbing Hafshah yang mewarisi watak bapaknya yakni bersemangat tinggi
dan berwatak tegas. Maka segeralah Umar Radiyallahu ‘anhu menemui Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu dan menceritakan perihal Hafshah berserta ujian yang menimpa dirinya yakni berstatus janda.
Sedangkan ash-Shiddiq Radiyallahu ‘anhu memperhatikan dengan rasa iba dan belas kasihan. Kemudian barulah Umar Radiyallahu ‘anhu menawari Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu agar mau memperistri putrinya. Dalam hatinya dia tidak ragu bahwa Abu Bakar Radiyallahu ‘anhu mau menerima seorang yang masih muda dan bertaqwa, putri dari seorang laki-laki yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala penyebab untuk menguatkan Islam. Namun ternyata Abu Bakar tidak menjawab apa-apa.
Maka berpalinglah Umar dengan membawa
kekecewaan hatinya yang hampir-hampir dia tidak percaya (dengan sikap
Abu Bakar). Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju rumah Utsman bin
Affan yang mana ketika itu istri beliau yang bernama Ruqqayah binti Rasulullah telah wafat karena sakit yang dideritanya.
Umar menceritakan perihal putrinya
kepada Utsman dan menawari agar mau menikahi putrinya, namun beliau
menjawab: “Aku belum ingin menikah saat ini”. Semakin bertambahlah
kesedihan Umar atas penolakan Utsman tersebut setelah ditolak oleh Abu
Bakar. Dan beliau merasa malu untuk bertemu dengan salah seorang dari
kedua shahabatnya tersebut padahal mereka berdua adalah kawan karibnya
dan teman kepercayaannya yang faham betul tentang kedudukannya. Kemudian
beliau menghadap Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan keadaan dan sikap kedua shahabatnya itu. Maka tersenyumlah Rasulllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata:
“Hafshah akan dinikahi oleh orang yang
lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman sedangkan Ustman akan menikahi
wanita yang lebih baik daripada Hafshah (yaitu putri beliau Ummu Kultsum
Radhiyallaahu ‘anha-red)”
Wajah Umar bin Khaththab berseri-seri
karena kemuliaan yang agung ini yang mana belum pernah terlintas dalam
angan-angannya. Hilanglah segala kesusahan hatinya, maka dengan segera
dia menyampaikan kabar gembira tersebut kepada setiap orang yang
dicintainya sedangkan Abu Bakar adalah orang yang pertama kali beliau
temui.
Maka tatkala Abu Bakar melihat Umar
dalam keadaan gembira dan suka cita maka beliau mengucapkan selamat
kepada Umar dan meminta maaf kepada Umar sambil berkata “janganlah
engkau marah kepadaku wahai Umar karena aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut Hafshah. Hanya saja aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam;
seandainya beliau menolak Hafshah maka pastilah aku akan menikahinya.
Maka Madinah mendapat barokah dengan indahnya pernikahan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
dengan Hafshah binti Umar pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah.
Begitu pula barokah dari pernikahan Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum
binti Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah juga.
Dalam menguraikan tentang hukum undian
diharuskan untuk kembali mengingat beberapa kaidah syari’at Islam yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kaidah-kaidah tersebut adalah
sebagai berikut:
Pertama :
Kaidah yang tersebut dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: ” Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam melarang dari jual beli (dengan cara) gharor.”
Gharor adalah apa yang belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui hakekat dan kadarnya.
Kedua :
Kaidah syari’at yang terkandung dalam firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamr, maisir, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian diantara kamu lataran (meminum) khamr dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Alloh dan sembahyang;
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S Al Ma’idah: 90-91)
Dan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu riwayat Al Bukhori dan Muslim, Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda:
” Siapa yang berkata kepada temannya: Kemarilah saya berqimar denganmu, maka hendaknya dia bershodaqoh.” Yaitu hendaknya dia membayar kaffaroh (denda ) menebus dosa ucapannya. (Baca ; Syarah Muslim 11/107, Fathul Bari 8/612, Nailul Author 8/258 dan Aunul Ma’bud 9/54).
Ayat dan hadits di atas menunjukkan haramnya perbuatan maisir dan qimar dalam mu’amalat.
Maisir adalah setiap
mu’amalah yang orang masuk ke dalamnnya setelah mengeluarkan biaya
dengan dua kemungkinan; dia mungkin rugi atau mungkin dia beruntung.
Qimar menurut sebagian
ulama adalah sama dengan maisir, dan menurut sebagian ulama lain qimar
hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan.
Berdasarkan dua kaidah di atas, berikut ini ada beberapa bentuk undian secara garis besar beserta hukumnya.
Macam-Macam Undian
Undian dapat dibagi menjadi tiga bagian :
Satu : Undian Tanpa Syarat
Bentuk dan contohnya : Di pusat-pusat
perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah untuk
menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap
pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu
dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh seluruh
pengunjung.
Hukumnya : Bentuk undian yang seperti ini
adalah boleh. Karena asal dalam suatu mu’amalah adalah boleh dan halal.
Juga tidak terlihat dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang
berupa kezhaliman, riba, gharar,penipuan dan selainnya.
Dua : Undian Dengan Syarat Membeli Barang
Bentuknya : Undian yang tidak bisa
diikuti kecuali oleh orang membeli barang yang telah ditentukan oleh
penyelenggara undian tersebut.
Contohnya : Pada sebagian supermarket
telah diletakkan berbagai hadiah seperti kulkas, radio dan lain-lainnya.
Siapa yang membeli barang tertentu atau telah mencapai jumlah tertentu
dalam pembelian maka ia akan mendapatkan kupon untuk ikut undian.
Contoh lain : sebagian pereusahaan telah
menyiapkan hadiah-hadiah yang menarik seperti Mobil, HP, Tiket, Biaya
Ibadah Haji dan selainnya bagi siapa yang membeli darinya suatu produk
yang terdapat kupon/kartu undian. Kemudian kupon atau kartu undian itu
dimasukkan kedalam kotak-kotak yang telah disiapkan oleh perusahaan
tersebut di berbagai cabang atau relasinya.
Hukumnya : undian jenis ini tidak lepas dua dari dua keadaan :
- Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.
Hukumnya : Haram dan tidak boleh. Karena
ada tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan biaya untuk masuk
kedalam suatu mu’amalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi. Dan
ini adalah maisir yang diharomkan dalam syariat Islam.
- Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan mengadakan undian hanya sekedar melariskan produknya.
Hukumnya : Ada dua pendapat dalam masalah ini :
- Hukumnya harus dirinci. Kalau ia
membeli barang dengan maksud untuk ikut undian maka ia tergolong kedalam
maisir/qimar yang diharamkan dalam syariat karena pembelian barang
tersebut adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa ikut dalam undian.
Sedang ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan; mungkin ia
beruntung dan mungkin ia rugi. Maka inilah yang disebut Maisir/Qimar.
Adapun jika dasar maksudnya adalah butuh
kepada barang/produk tersebut setelah itu ia mendapatkan kupon untuk
ikut undian maka ini tidak terlarang karena asal dalam muámalat adalah
boleh dan halal dan tidak bentuk Maisir maupuun Qimar dalam bentuk ini.
Rincian ini adalah pendapat Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (Liqoul Babul Maftuh no.48 soal 1164 dan no.49 soal 1185. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), Syaikh Sholih bin ‘Abdul ’Aziz Alu Asy-Syaikh (dalam muhadhoroh beliau yang berjudul “Al Qimar wa Shuwarihil Muharromah), Lajnah Baitut Tamwil Al-Kuwaiti (Al Fatawa Asyar’iyyah Fi Masail Al Iqtishodiyah, fatwa no.228. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), dan Haiah Fatwa di Bank Dubai Al-Islamy (dalam fatwa mereka no.102 Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah).
- Hukumnya adalah haram secara mutlak. Ini adalah pendapat
Syaikh ‘Abdul ’Äziz bin Baz (Fatawa Islamiyah 2/367-368. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah),dan Al-Lajnah Ad-Da’imah (Fatawa Islamiyah 2/366-367. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah),
Alasannya karena hal tersebut tidak lepas dari bentuk Qimar/Maisir dan
mengukur maksud pembeli, apakah ia memaksudkan barang atau sekedar ingin
ikut undian adalah perkara yang sulit.
Tarjih
Yang kuat dalam masalah ini adalah
pendapat pertama. Karena tidak hanya adanya tambahan harga pada barang
dan dasar maksud pembeli adalah membutuhkan barang tersebut maka ini
adalah mu’amalat yang bersih dari Maisitr/Qimar dan ukuran yang
menggugurkan alasan pendapat kedua. Dan asal dalam mu’amalat adalah
boleh dan halal.
Tiga: Undian dengan mengeluarkan biaya.
Bentuknya: Undian yang bisa diikuti
setiap orang yang membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau
mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti undian tersebut dengan
mengeluarkan biaya.
Contohnya: Mengirim kupon/kartu undian
ketempat pengundian dengan menggunakan perangko pos. Tentunya mengirim
dengan perangko mengeluarkan biaya sesuai dengan harga perangkonya.
Contoh Lain: Ikut undian dengan mengirim
SMS kelayanan telekomunikasi tertentu baik dengan harga wajar maupun
dengan harga yang telah ditentukan.
Contoh lain: Pada sebagian tutup minuman
tertera nomor yang bisa dikirim ke layanan tertentu dengan menggunakan
SMS kemudian diundi untuk mendapatkan hadiah yang telah ditentukan.
Apakah biaya SMS-nya dengan harga biasa maupun tertentu (dikenal dengan
pulsa premium).
Hukumnya: Haram dan tidak boleh. Karena
mengeluarkan biaya untuk suatu yang mu’amalat yang belum jelas beruntung
tidaknya, maka itu termasuk Qimar/Maisir.
Demikian secara global beberapa bentuk
undian yang banyak terjadi di zaman ini. Tentunya contoh-contoh undian
untuk tiga jenis undian tersebut diatas sangatlah banyak di masa ini.
Mudah-mudahan penjelasan diatas bermanfaat bagi kita semua. (Redaksi-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala A’lam ::.
22.15
Smartvone
Dalam menguraikan tentang hukum undian
diharuskan untuk kembali mengingat beberapa kaidah syari’at Islam yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kaidah-kaidah tersebut adalah
sebagai berikut:
Pertama :
Kaidah yang tersebut dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: ” Rasulullah Shalallahu “alaihi wa sallam melarang dari jual beli (dengan cara) gharor.”
Gharor adalah apa yang belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui hakekat dan kadarnya.
Kedua :
Kaidah syari’at yang terkandung dalam firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamr, maisir, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian diantara kamu lataran (meminum) khamr dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Alloh dan sembahyang;
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S Al Ma’idah: 90-91)
Dan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu riwayat Al Bukhori dan Muslim, Nabi Shalallahu “alaihi wa sallam bersabda:
” Siapa yang berkata kepada temannya: Kemarilah saya berqimar denganmu, maka hendaknya dia bershodaqoh.” Yaitu hendaknya dia membayar kaffaroh (denda ) menebus dosa ucapannya. (Baca ; Syarah Muslim 11/107, Fathul Bari 8/612, Nailul Author 8/258 dan Aunul Ma’bud 9/54).
Ayat dan hadits di atas menunjukkan haramnya perbuatan maisir dan qimar dalam mu’amalat.
Maisir adalah setiap
mu’amalah yang orang masuk ke dalamnnya setelah mengeluarkan biaya
dengan dua kemungkinan; dia mungkin rugi atau mungkin dia beruntung.
Qimar menurut sebagian
ulama adalah sama dengan maisir, dan menurut sebagian ulama lain qimar
hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau pertaruhan.
Berdasarkan dua kaidah di atas, berikut ini ada beberapa bentuk undian secara garis besar beserta hukumnya.
Macam-Macam Undian
Undian dapat dibagi menjadi tiga bagian :
Satu : Undian Tanpa Syarat
Bentuk dan contohnya : Di pusat-pusat
perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah untuk
menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap
pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu
dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh seluruh
pengunjung.
Hukumnya : Bentuk undian yang seperti ini
adalah boleh. Karena asal dalam suatu mu’amalah adalah boleh dan halal.
Juga tidak terlihat dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang
berupa kezhaliman, riba, gharar,penipuan dan selainnya.
Dua : Undian Dengan Syarat Membeli Barang
Bentuknya : Undian yang tidak bisa
diikuti kecuali oleh orang membeli barang yang telah ditentukan oleh
penyelenggara undian tersebut.
Contohnya : Pada sebagian supermarket
telah diletakkan berbagai hadiah seperti kulkas, radio dan lain-lainnya.
Siapa yang membeli barang tertentu atau telah mencapai jumlah tertentu
dalam pembelian maka ia akan mendapatkan kupon untuk ikut undian.
Contoh lain : sebagian pereusahaan telah
menyiapkan hadiah-hadiah yang menarik seperti Mobil, HP, Tiket, Biaya
Ibadah Haji dan selainnya bagi siapa yang membeli darinya suatu produk
yang terdapat kupon/kartu undian. Kemudian kupon atau kartu undian itu
dimasukkan kedalam kotak-kotak yang telah disiapkan oleh perusahaan
tersebut di berbagai cabang atau relasinya.
Hukumnya : undian jenis ini tidak lepas dua dari dua keadaan :
- Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.
Hukumnya : Haram dan tidak boleh. Karena
ada tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan biaya untuk masuk
kedalam suatu mu’amalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi. Dan
ini adalah maisir yang diharomkan dalam syariat Islam.
- Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan mengadakan undian hanya sekedar melariskan produknya.
Hukumnya : Ada dua pendapat dalam masalah ini :
- Hukumnya harus dirinci. Kalau ia
membeli barang dengan maksud untuk ikut undian maka ia tergolong kedalam
maisir/qimar yang diharamkan dalam syariat karena pembelian barang
tersebut adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa ikut dalam undian.
Sedang ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan; mungkin ia
beruntung dan mungkin ia rugi. Maka inilah yang disebut Maisir/Qimar.
Adapun jika dasar maksudnya adalah butuh
kepada barang/produk tersebut setelah itu ia mendapatkan kupon untuk
ikut undian maka ini tidak terlarang karena asal dalam muámalat adalah
boleh dan halal dan tidak bentuk Maisir maupuun Qimar dalam bentuk ini.
Rincian ini adalah pendapat Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (Liqoul Babul Maftuh no.48 soal 1164 dan no.49 soal 1185. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), Syaikh Sholih bin ‘Abdul ’Aziz Alu Asy-Syaikh (dalam muhadhoroh beliau yang berjudul “Al Qimar wa Shuwarihil Muharromah), Lajnah Baitut Tamwil Al-Kuwaiti (Al Fatawa Asyar’iyyah Fi Masail Al Iqtishodiyah, fatwa no.228. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah), dan Haiah Fatwa di Bank Dubai Al-Islamy (dalam fatwa mereka no.102 Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah).
- Hukumnya adalah haram secara mutlak. Ini adalah pendapat
Syaikh ‘Abdul ’Äziz bin Baz (Fatawa Islamiyah 2/367-368. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah),dan Al-Lajnah Ad-Da’imah (Fatawa Islamiyah 2/366-367. Dengan perantara kitab Al-Hawafidz At-Tijaiyah At-Taswiqiyah),
Alasannya karena hal tersebut tidak lepas dari bentuk Qimar/Maisir dan
mengukur maksud pembeli, apakah ia memaksudkan barang atau sekedar ingin
ikut undian adalah perkara yang sulit.
Tarjih
Yang kuat dalam masalah ini adalah
pendapat pertama. Karena tidak hanya adanya tambahan harga pada barang
dan dasar maksud pembeli adalah membutuhkan barang tersebut maka ini
adalah mu’amalat yang bersih dari Maisitr/Qimar dan ukuran yang
menggugurkan alasan pendapat kedua. Dan asal dalam mu’amalat adalah
boleh dan halal.
Tiga: Undian dengan mengeluarkan biaya.
Bentuknya: Undian yang bisa diikuti
setiap orang yang membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau
mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti undian tersebut dengan
mengeluarkan biaya.
Contohnya: Mengirim kupon/kartu undian
ketempat pengundian dengan menggunakan perangko pos. Tentunya mengirim
dengan perangko mengeluarkan biaya sesuai dengan harga perangkonya.
Contoh Lain: Ikut undian dengan mengirim
SMS kelayanan telekomunikasi tertentu baik dengan harga wajar maupun
dengan harga yang telah ditentukan.
Contoh lain: Pada sebagian tutup minuman
tertera nomor yang bisa dikirim ke layanan tertentu dengan menggunakan
SMS kemudian diundi untuk mendapatkan hadiah yang telah ditentukan.
Apakah biaya SMS-nya dengan harga biasa maupun tertentu (dikenal dengan
pulsa premium).
Hukumnya: Haram dan tidak boleh. Karena
mengeluarkan biaya untuk suatu yang mu’amalat yang belum jelas beruntung
tidaknya, maka itu termasuk Qimar/Maisir.
Demikian secara global beberapa bentuk
undian yang banyak terjadi di zaman ini. Tentunya contoh-contoh undian
untuk tiga jenis undian tersebut diatas sangatlah banyak di masa ini.
Mudah-mudahan penjelasan diatas bermanfaat bagi kita semua. (Redaksi-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala A’lam ::.
Saudaraku! Pernahkah anda membeli
buah-buahan atau sejenisnya di dalam kereta atau di dalam bis kota…?
Bila pernah, mungkin anda juga pernah merasa betapa kecewanya batin anda
ketika mengetahui bahwa barang yang anda beli tidak sesuai dengan yang
anda harapkan…?
“Wahai para pedagang!” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah Shallallhu A’alaihi Wasallam, mereka menengadahkan leher dan pandangan mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah Ta’la, berbuat baik dan berlaku jujur.” (Riwayat At Timizy, Ibnu Hibban, Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany)
Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata: “Karena kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam perniagaan, dan amat berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya dengan sumpah palsu atau dengan yang serupa. Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya.” (Dinukilkan oleh Al Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwazy 4/336).
Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam Bersabda :
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِى حَقِّهِ ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ ، كَانَ الَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ. متفق عليه
“Sesungguhnya harta kekayaan itu terasa begitu manis. Barang siapa yang mendapatkannya denga cara-cara yang benar dan dibelanjakan di jalan yang benar, maka harta itu adalah sebaik-baik pembantu baginya. Sedangkan orang yang mendapatkannya dari jalan yang tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang.” (Muttafaqun ‘alaih). [] Redaksi.
Pengalaman tersebuut hanyalah salah satu
bukti nyata dari perlakuan para pedagang yang batinnya hampa dari
keimanan kepada Allah dan hari akhir. Keuntungan materi menjadi tujuan
utamanya, sehingga ia menempuh segala cara untuk mendapatkannya.
Saudaraku! Bersyukurlah, karena Allah Subhanahu Wata’ala
telah menjadikan anda sebagai seorang muslim. Islam mengajarkan anda
berbagai syari’at luhur yang suci dalam segala aspek kehidupan anda,
termasuk dalam urusan perniagaan.
Syari’at Islam mengajarkan kita untuk
selalu berlaku jujur dalam segala keadaan, walaupun secara lahir
kejujuran tersebut dapat menghasilkan keuntungan namun hakikatnya
kerugian akan menimpa diri kita sendiri.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى
أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ
فَقَيراً فَاللّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن
تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيراً. النساء : 135.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (Qs. An Nisa’: 135).
Tatkala Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, beliau menjelaskan : “Bahwa ayat ini adalah perintah dari Allah Subhanahu Wata’ala
kepada setiap orang yang beriman untuk senantiasa berkata benar. Tidak
sepantasnya bagi seorang mu’min untuk meninggalkan kebenaran dan mudah
terpaling darinya. Sebaliknya, orang-orang yang beriman seyogyanya
saling bahu membahu, tolong menolong dan menyatu-padukan tekad, guna
memperjuangkan kebenaran. Mereka menegakkan kebenaran demi menggapai
keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala. Bila ketulusan niat ini
telah terwujud pada diri seseorang, niscaya ucapan dan perbuatannya-pun
benar, adil dan jauh dari penyelewengan atau manipulasi. Kebenaran dan
kejujuran ini senantiasa menghiasi kehidupan orang yang beriman,
walaupun kadang kala beresiko mendatangkan kerugian pada diri sendiri.
Bila hal itu terjadi, maka Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan menyia-nyiakan amal baiknya. Allah Subhanahu Wata’ala pasti
memberi orang yang taat kepada-Nya jalan keluar bagi setiap
problematikanya. Demikianlah kepribadian orang-orang yang benar-benar
beriman. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan berbagai
perasaan dirinya tidak dapat memalingkannya dari menegakkan keadilan
dalam segala aspek kehidupannya.” (Tafsir Ibnu Katsir : 2/433).
Dalam riwayat Muttafaqun Alaihi. Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam bersabda :
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه
قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى
البر وإن البر يهدي إلى الجنة، وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب
عند الله صديقا. وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي
إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا.
متفق عليه
“Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu ia menturkan, Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam
bersabda: ‘Hendaknya kalian senantiasa berbuat jujur, karena
sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya
kebaikan akan membimbing kepada surga, dan senantiasa seseorang itu
berbuat jujur serta senantiasa berusaha berbuat jujur, hingga akhirnya
ditulis disisi Allah sebagai orang yang (shiddiq) jujur. Dan
berhati-hatilah kalian dari perbuatan dusta, karena sesungguhnya
kedustaan akan membimbing kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan
akan membimbing kepada neraka. Serta senantiasa seseorang berbuat dusta
dan berupaya untuk berdusta hingga akhirnya ditulis di sisi Allah
sebagai pendusta.”
Sehingga tidak heran bila syari’at Islam
menjadikan hal ini sebagai salah satu prinsip hidup umat manusia, tanpa
terkecuali dalam perniagaan. Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam memperingatkan para sahabatnya yang sedang menjalankan perniagaan di pasar:
يا معشر التجار! فاستجابوا لرسول الله صلى الله عليه و سلم
ورفعوا أعناقهم وأبصارهم إليه، فقال: إن التجار يبعثون يوم القيامة فجارا،
إلا من اتقى الله وبر وصدق. رواه الترمذي وابن حبان والحاكم وصححه الألباني“Wahai para pedagang!” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah Shallallhu A’alaihi Wasallam, mereka menengadahkan leher dan pandangan mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah Ta’la, berbuat baik dan berlaku jujur.” (Riwayat At Timizy, Ibnu Hibban, Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany)
Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata: “Karena kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam perniagaan, dan amat berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya dengan sumpah palsu atau dengan yang serupa. Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya.” (Dinukilkan oleh Al Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwazy 4/336).
Dengan demikian, sudah selayaknyalah kita
sebagai orang yang beriman, senantiasa mengindahkan prinsip dalam
perniagaan dan senantiasa berpegang teguh terhadap kebenaran yang telah
kita ketahui bersama.
Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam bersabda :
عن حكيم بن حزام رضي الله عنه عن
النبي صلى الله عليه و سلم قال: البيعان بالخيار ما لم يتفرقا، فإن صدقا
وبينا بورك لهما في بيعهما، وإن كذبا وكتما محقت بركة بيعهما. متفق عليه
“Dari sahabat Hakim bin Hizam Radiyallahu A’nhu dari Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam,
beliau bersabda: “Kedua orang penjual dan pembeli, masing-masing
memiliki hak pilih selama keduanya belum berpisah, bila keduanya berlaku
jujur dan menjelaskan, maka akan diberkahi untuk mereka penjualannya,
dan bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan
dihapuskan keberkahan penjualannya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Dari hadits ini, Ibnu Hajar Al ‘Atsqalany
menarik suatu kesimpulan: “Pada hadits ini terdapat suatu petunjuk
bahwa kehidupan dunia tidaklah akan dapat dicapai dengan sempurna
kecuali dengan perantaraan amal shaleh. Dan bahwasannya petaka perbuatan
maksiat akan menyirnakan seluruh kebaikan dunia dan akhirat.” (Fathul Bary oleh Ibnu Hajar Al Atsqalany 4/311).
Saudaraku! Manisnya harta dan gemerlapnya, keuntungan yang berlimpah,
memang begitu menggiuarkan. Tidak heran bila liur umat manusia
senantiasa menetes tatkala menyaksikan peluang mengeruk keuntungan
terbuka lebar-lebar. Sehingga bisa saja derasnya godaan harta ini
menjadikan anda hanyut dan lupa daratan. Hanya keimanan anda kepada
Allah dan hari akhirlah yang mampu membendung arus ambisi dan
keserakahan dunia.Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam Bersabda :
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِى حَقِّهِ ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ ، كَانَ الَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ. متفق عليه
“Sesungguhnya harta kekayaan itu terasa begitu manis. Barang siapa yang mendapatkannya denga cara-cara yang benar dan dibelanjakan di jalan yang benar, maka harta itu adalah sebaik-baik pembantu baginya. Sedangkan orang yang mendapatkannya dari jalan yang tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang.” (Muttafaqun ‘alaih). [] Redaksi.
22.14
Smartvone
Saudaraku! Pernahkah anda membeli
buah-buahan atau sejenisnya di dalam kereta atau di dalam bis kota…?
Bila pernah, mungkin anda juga pernah merasa betapa kecewanya batin anda
ketika mengetahui bahwa barang yang anda beli tidak sesuai dengan yang
anda harapkan…?
“Wahai para pedagang!” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah Shallallhu A’alaihi Wasallam, mereka menengadahkan leher dan pandangan mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah Ta’la, berbuat baik dan berlaku jujur.” (Riwayat At Timizy, Ibnu Hibban, Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany)
Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata: “Karena kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam perniagaan, dan amat berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya dengan sumpah palsu atau dengan yang serupa. Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya.” (Dinukilkan oleh Al Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwazy 4/336).
Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam Bersabda :
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِى حَقِّهِ ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ ، كَانَ الَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ. متفق عليه
“Sesungguhnya harta kekayaan itu terasa begitu manis. Barang siapa yang mendapatkannya denga cara-cara yang benar dan dibelanjakan di jalan yang benar, maka harta itu adalah sebaik-baik pembantu baginya. Sedangkan orang yang mendapatkannya dari jalan yang tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang.” (Muttafaqun ‘alaih). [] Redaksi.
Pengalaman tersebuut hanyalah salah satu
bukti nyata dari perlakuan para pedagang yang batinnya hampa dari
keimanan kepada Allah dan hari akhir. Keuntungan materi menjadi tujuan
utamanya, sehingga ia menempuh segala cara untuk mendapatkannya.
Saudaraku! Bersyukurlah, karena Allah Subhanahu Wata’ala
telah menjadikan anda sebagai seorang muslim. Islam mengajarkan anda
berbagai syari’at luhur yang suci dalam segala aspek kehidupan anda,
termasuk dalam urusan perniagaan.
Syari’at Islam mengajarkan kita untuk
selalu berlaku jujur dalam segala keadaan, walaupun secara lahir
kejujuran tersebut dapat menghasilkan keuntungan namun hakikatnya
kerugian akan menimpa diri kita sendiri.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى
أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ
فَقَيراً فَاللّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن
تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيراً. النساء : 135.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (Qs. An Nisa’: 135).
Tatkala Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, beliau menjelaskan : “Bahwa ayat ini adalah perintah dari Allah Subhanahu Wata’ala
kepada setiap orang yang beriman untuk senantiasa berkata benar. Tidak
sepantasnya bagi seorang mu’min untuk meninggalkan kebenaran dan mudah
terpaling darinya. Sebaliknya, orang-orang yang beriman seyogyanya
saling bahu membahu, tolong menolong dan menyatu-padukan tekad, guna
memperjuangkan kebenaran. Mereka menegakkan kebenaran demi menggapai
keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala. Bila ketulusan niat ini
telah terwujud pada diri seseorang, niscaya ucapan dan perbuatannya-pun
benar, adil dan jauh dari penyelewengan atau manipulasi. Kebenaran dan
kejujuran ini senantiasa menghiasi kehidupan orang yang beriman,
walaupun kadang kala beresiko mendatangkan kerugian pada diri sendiri.
Bila hal itu terjadi, maka Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan menyia-nyiakan amal baiknya. Allah Subhanahu Wata’ala pasti
memberi orang yang taat kepada-Nya jalan keluar bagi setiap
problematikanya. Demikianlah kepribadian orang-orang yang benar-benar
beriman. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan berbagai
perasaan dirinya tidak dapat memalingkannya dari menegakkan keadilan
dalam segala aspek kehidupannya.” (Tafsir Ibnu Katsir : 2/433).
Dalam riwayat Muttafaqun Alaihi. Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam bersabda :
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه
قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى
البر وإن البر يهدي إلى الجنة، وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب
عند الله صديقا. وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي
إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا.
متفق عليه
“Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu ia menturkan, Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam
bersabda: ‘Hendaknya kalian senantiasa berbuat jujur, karena
sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya
kebaikan akan membimbing kepada surga, dan senantiasa seseorang itu
berbuat jujur serta senantiasa berusaha berbuat jujur, hingga akhirnya
ditulis disisi Allah sebagai orang yang (shiddiq) jujur. Dan
berhati-hatilah kalian dari perbuatan dusta, karena sesungguhnya
kedustaan akan membimbing kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan
akan membimbing kepada neraka. Serta senantiasa seseorang berbuat dusta
dan berupaya untuk berdusta hingga akhirnya ditulis di sisi Allah
sebagai pendusta.”
Sehingga tidak heran bila syari’at Islam
menjadikan hal ini sebagai salah satu prinsip hidup umat manusia, tanpa
terkecuali dalam perniagaan. Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam memperingatkan para sahabatnya yang sedang menjalankan perniagaan di pasar:
يا معشر التجار! فاستجابوا لرسول الله صلى الله عليه و سلم
ورفعوا أعناقهم وأبصارهم إليه، فقال: إن التجار يبعثون يوم القيامة فجارا،
إلا من اتقى الله وبر وصدق. رواه الترمذي وابن حبان والحاكم وصححه الألباني“Wahai para pedagang!” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah Shallallhu A’alaihi Wasallam, mereka menengadahkan leher dan pandangan mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah Ta’la, berbuat baik dan berlaku jujur.” (Riwayat At Timizy, Ibnu Hibban, Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany)
Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata: “Karena kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam perniagaan, dan amat berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya dengan sumpah palsu atau dengan yang serupa. Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya.” (Dinukilkan oleh Al Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwazy 4/336).
Dengan demikian, sudah selayaknyalah kita
sebagai orang yang beriman, senantiasa mengindahkan prinsip dalam
perniagaan dan senantiasa berpegang teguh terhadap kebenaran yang telah
kita ketahui bersama.
Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam bersabda :
عن حكيم بن حزام رضي الله عنه عن
النبي صلى الله عليه و سلم قال: البيعان بالخيار ما لم يتفرقا، فإن صدقا
وبينا بورك لهما في بيعهما، وإن كذبا وكتما محقت بركة بيعهما. متفق عليه
“Dari sahabat Hakim bin Hizam Radiyallahu A’nhu dari Nabi Shallallahu A’laihi Wasallam,
beliau bersabda: “Kedua orang penjual dan pembeli, masing-masing
memiliki hak pilih selama keduanya belum berpisah, bila keduanya berlaku
jujur dan menjelaskan, maka akan diberkahi untuk mereka penjualannya,
dan bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan
dihapuskan keberkahan penjualannya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Dari hadits ini, Ibnu Hajar Al ‘Atsqalany
menarik suatu kesimpulan: “Pada hadits ini terdapat suatu petunjuk
bahwa kehidupan dunia tidaklah akan dapat dicapai dengan sempurna
kecuali dengan perantaraan amal shaleh. Dan bahwasannya petaka perbuatan
maksiat akan menyirnakan seluruh kebaikan dunia dan akhirat.” (Fathul Bary oleh Ibnu Hajar Al Atsqalany 4/311).
Saudaraku! Manisnya harta dan gemerlapnya, keuntungan yang berlimpah,
memang begitu menggiuarkan. Tidak heran bila liur umat manusia
senantiasa menetes tatkala menyaksikan peluang mengeruk keuntungan
terbuka lebar-lebar. Sehingga bisa saja derasnya godaan harta ini
menjadikan anda hanyut dan lupa daratan. Hanya keimanan anda kepada
Allah dan hari akhirlah yang mampu membendung arus ambisi dan
keserakahan dunia.Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam Bersabda :
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِى حَقِّهِ ، فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ ، كَانَ الَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ. متفق عليه
“Sesungguhnya harta kekayaan itu terasa begitu manis. Barang siapa yang mendapatkannya denga cara-cara yang benar dan dibelanjakan di jalan yang benar, maka harta itu adalah sebaik-baik pembantu baginya. Sedangkan orang yang mendapatkannya dari jalan yang tidak benar, maka ia bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang.” (Muttafaqun ‘alaih). [] Redaksi.
TAUHID ITU FITRAH
Yang dimaksud dengan Fitrah di sini
adalah keadaan asal saat manusia diciptakan, yaitu dalam keadaan
ber-agama Islam atau bertauhid.
Sejak penciptaannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menanamkan dalam diri manusia Fitrah yang siap menerima dan
mencintai kebenaran, memilih tauhid daripada syirik dan memilih keimanan
daripada kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“….(Tetaplah atas) Fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia me-nurut fitroh itu. Tidak ada perubahan pada fitroh Allah Subhanahu wa Ta’ala (Itulah) agama yang lurus…” (QS. ar-Rum [30]: 30) [lihat: Al-Madkhol li Ad-dirosati Al-Aqidati Al-Islamiyati ‘Ala Madzhabi Ahlissunnati wal Jama’ati, hlm. 115].
Jika tidak ada pengaruh luar yang merubahnya, niscaya manusia akan tetap bahkan tumbuh keimanannya terhadap adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan meng-esakan-Nya. Adapun seseorang yang tidak menerima Islam sebagai
agama, maka hal itu hanyalah dikarenakan pengaruh orang-orang sekitar
mereka baik karena pengaruh orang tua, mau-pun pengaruh luar lainnya
sehingga kefitrohannya hilang.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak ada seorang anak pun kecuali
lahir dalam keadaan Fitrah. Kedua ibu bapaknyalah yang men-jadikannya
Yahudi, Nashroni, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفاء، فَاجْتَالَتْهُم الشَّيَاطِيْنُ عَنْ دِيْنِهِمْ
“Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-Ku dalam keadaan lurus (di atas agama tauhid, yaitu Islam), lalu datang kepada mereka Setan yang menyimpangkan agama mereka..” (HR. Muslim).
SELURUH MANUSIA MENGAKUI KETAUHIDAN ALLAH
- Fitrah Terhadap Tauhid Rububiyah
Setiap manusia, sejak diciptakannya pasti telah mengimani keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menetapkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
pencipta segala sesuatu, Pemberi rezeki, Dzat yang menghidupkan,
mematikan, memberikan manfaat dan mudhorot dan lain sebagainya dari
perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Fakta telah membuktikan yang demikian itu, bahkan orang-orang musyrikin yang kafir, mereka pun mengakui keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam rububiyahan-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan
kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? tentu mereka
akan menjawab: Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Luqman [31]: 25).
- Fitrah Terhadap Tauhid Asma’ was Sifat
Dalam hal Tauhid Asma Was Sifat, fithrah
manusia akan mengakui bahwa penciptanya memiliki nama-nama dan
sifat-sifat yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Per-kasa, dan
Maha Sempurna dari segala kekurangan. Dan tidak mungkin ada sesuatupun
yang dapat menyerupai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam nama-nama dan sifat-sifat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syuro [42]: 11).
Sejak masa Salafussalih tidak ada satu
orang pun yang tidak mengerti tentang Asma wa Sifat, karena fithrah
mereka yang bersih. Oleh karena itu ketika Imam Malik Rahimahullah ditanya tentang sifat Allah al-Istiwa ‘Alal Arsy (ber-semayam di atas Arsy), beliau menjawab:
الاسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ وَاْلكَيْفُ مَجْهُوْلٌ وَالاِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ والسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
“Istiwaa’ itu telah diketahui (makna-nya), kaifiyahnya (hakikat bagaimana Allah bersemayam) tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib, dan mena-nyakan tentangnya adalah bid’ah.” [Syarh I’tiqod Ahlissunnati wal jama’ati, al-Laalikai. 3/429].
- Fitrah Terhadap Tauhid Uluhiyah
Setelah fitroh mengakui tauhid Rububiyah
dan Asma was Sifat, maka secara otomatis Fitrah tersebut pasti mengakui
pula bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berhak disembah, dimintai pertolongan, ditaati, diagungkan, dan dibesarkan serta ditakuti oleh semua makhluk-Nya.
Nabi Ibrohim ‘Alaihis Salam yang
dilahirkan di lingkungan gelap gulita, di komunitas penyembahan berhala.
Bahkan berhala itu harus dibuat dengan tangan mereka sendiri. Maka
bagaimana mungkin ia menetapkan bahwa berhala bisa menjadi Rabb semesta
alam..? Pengetahuan inilah yang disebut Fitrah, sebagaimana ucapan
beliau kepada bapaknya :
” Wahai bapak-ku, mengapa engkau
menyembah sesuatu yang tak dapat mendengar, tidak melihat, dan tidak
dapat menolong engkau sedikitpun.?.” (QS. Maryam [19] : 42).
Kendati banyak orang-orang musyrikin
yang menolak tauhid ini, namun bukan berarti tidak adanya Fitrah pada
mereka. Fitrah mereka ini, dapat terlihat pada saat orang-orang
musyrikin mengalami suatu peristiwa yang sulit lagi genting.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apabila kalian ditimpa bahaya
di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia, Maka
tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. dan
manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. al-Isro’ [17]: 67).
Jadi jelas sekali, tauhid itu
benar-benar Fitrah. Sedangkan syirik, penyem-bahan berhala, meminta
pertolongan kepada orang yang telah mati, ber-sandar kepada jimat, dan
lain sebagai-nya bukanlah berasal dari Fitrah manusia.
SEJARAH TELAH MEMBUKTIKANNYA
Manusia sepanjang sejarahnya, sejak Nabi Adam ‘Alaihis Salam hingga Nabi Nuh ‘Alaihis Salam yang diperkirakan sepuluh abad lamanya, hidup di atas Fitrah tauhid.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Manusia itu adalah umat yang satu (agama yang satu). (setelah timbul perselisihan), Maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala meng-utus Para Nabi, sebagai pemberi peri-ngatan, dan Allah
Subhanahu wa Ta’al menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan.” (QS. al-Baqoroh [2]: 213).
Ibnu ‘Abba Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Antara Nuh dan Adam Alaihis salam terdapat 10 abad lamanya, seluruhnya berada dalam syari’at yang benar, lalu mereka berselisih. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” [Tafsir Ibnu Katsir].
Saudaraku kaum muslimin…
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
senantiasa menjaga Fitrah yang ada dalam diri-diri kita, dengan begitu
kita akan menerima syari’at Islam, agama tauhid dengan lapang dada.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. al-An’am [6]: 125). (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.
22.13
Smartvone
TAUHID ITU FITRAH
Yang dimaksud dengan Fitrah di sini
adalah keadaan asal saat manusia diciptakan, yaitu dalam keadaan
ber-agama Islam atau bertauhid.
Sejak penciptaannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menanamkan dalam diri manusia Fitrah yang siap menerima dan
mencintai kebenaran, memilih tauhid daripada syirik dan memilih keimanan
daripada kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“….(Tetaplah atas) Fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia me-nurut fitroh itu. Tidak ada perubahan pada fitroh Allah Subhanahu wa Ta’ala (Itulah) agama yang lurus…” (QS. ar-Rum [30]: 30) [lihat: Al-Madkhol li Ad-dirosati Al-Aqidati Al-Islamiyati ‘Ala Madzhabi Ahlissunnati wal Jama’ati, hlm. 115].
Jika tidak ada pengaruh luar yang merubahnya, niscaya manusia akan tetap bahkan tumbuh keimanannya terhadap adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan meng-esakan-Nya. Adapun seseorang yang tidak menerima Islam sebagai
agama, maka hal itu hanyalah dikarenakan pengaruh orang-orang sekitar
mereka baik karena pengaruh orang tua, mau-pun pengaruh luar lainnya
sehingga kefitrohannya hilang.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak ada seorang anak pun kecuali
lahir dalam keadaan Fitrah. Kedua ibu bapaknyalah yang men-jadikannya
Yahudi, Nashroni, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفاء، فَاجْتَالَتْهُم الشَّيَاطِيْنُ عَنْ دِيْنِهِمْ
“Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-Ku dalam keadaan lurus (di atas agama tauhid, yaitu Islam), lalu datang kepada mereka Setan yang menyimpangkan agama mereka..” (HR. Muslim).
SELURUH MANUSIA MENGAKUI KETAUHIDAN ALLAH
- Fitrah Terhadap Tauhid Rububiyah
Setiap manusia, sejak diciptakannya pasti telah mengimani keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menetapkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
pencipta segala sesuatu, Pemberi rezeki, Dzat yang menghidupkan,
mematikan, memberikan manfaat dan mudhorot dan lain sebagainya dari
perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Fakta telah membuktikan yang demikian itu, bahkan orang-orang musyrikin yang kafir, mereka pun mengakui keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam rububiyahan-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan
kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? tentu mereka
akan menjawab: Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Luqman [31]: 25).
- Fitrah Terhadap Tauhid Asma’ was Sifat
Dalam hal Tauhid Asma Was Sifat, fithrah
manusia akan mengakui bahwa penciptanya memiliki nama-nama dan
sifat-sifat yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Per-kasa, dan
Maha Sempurna dari segala kekurangan. Dan tidak mungkin ada sesuatupun
yang dapat menyerupai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam nama-nama dan sifat-sifat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syuro [42]: 11).
Sejak masa Salafussalih tidak ada satu
orang pun yang tidak mengerti tentang Asma wa Sifat, karena fithrah
mereka yang bersih. Oleh karena itu ketika Imam Malik Rahimahullah ditanya tentang sifat Allah al-Istiwa ‘Alal Arsy (ber-semayam di atas Arsy), beliau menjawab:
الاسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ وَاْلكَيْفُ مَجْهُوْلٌ وَالاِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ والسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
“Istiwaa’ itu telah diketahui (makna-nya), kaifiyahnya (hakikat bagaimana Allah bersemayam) tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib, dan mena-nyakan tentangnya adalah bid’ah.” [Syarh I’tiqod Ahlissunnati wal jama’ati, al-Laalikai. 3/429].
- Fitrah Terhadap Tauhid Uluhiyah
Setelah fitroh mengakui tauhid Rububiyah
dan Asma was Sifat, maka secara otomatis Fitrah tersebut pasti mengakui
pula bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berhak disembah, dimintai pertolongan, ditaati, diagungkan, dan dibesarkan serta ditakuti oleh semua makhluk-Nya.
Nabi Ibrohim ‘Alaihis Salam yang
dilahirkan di lingkungan gelap gulita, di komunitas penyembahan berhala.
Bahkan berhala itu harus dibuat dengan tangan mereka sendiri. Maka
bagaimana mungkin ia menetapkan bahwa berhala bisa menjadi Rabb semesta
alam..? Pengetahuan inilah yang disebut Fitrah, sebagaimana ucapan
beliau kepada bapaknya :
” Wahai bapak-ku, mengapa engkau
menyembah sesuatu yang tak dapat mendengar, tidak melihat, dan tidak
dapat menolong engkau sedikitpun.?.” (QS. Maryam [19] : 42).
Kendati banyak orang-orang musyrikin
yang menolak tauhid ini, namun bukan berarti tidak adanya Fitrah pada
mereka. Fitrah mereka ini, dapat terlihat pada saat orang-orang
musyrikin mengalami suatu peristiwa yang sulit lagi genting.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apabila kalian ditimpa bahaya
di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia, Maka
tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. dan
manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. al-Isro’ [17]: 67).
Jadi jelas sekali, tauhid itu
benar-benar Fitrah. Sedangkan syirik, penyem-bahan berhala, meminta
pertolongan kepada orang yang telah mati, ber-sandar kepada jimat, dan
lain sebagai-nya bukanlah berasal dari Fitrah manusia.
SEJARAH TELAH MEMBUKTIKANNYA
Manusia sepanjang sejarahnya, sejak Nabi Adam ‘Alaihis Salam hingga Nabi Nuh ‘Alaihis Salam yang diperkirakan sepuluh abad lamanya, hidup di atas Fitrah tauhid.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Manusia itu adalah umat yang satu (agama yang satu). (setelah timbul perselisihan), Maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala meng-utus Para Nabi, sebagai pemberi peri-ngatan, dan Allah
Subhanahu wa Ta’al menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan.” (QS. al-Baqoroh [2]: 213).
Ibnu ‘Abba Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Antara Nuh dan Adam Alaihis salam terdapat 10 abad lamanya, seluruhnya berada dalam syari’at yang benar, lalu mereka berselisih. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” [Tafsir Ibnu Katsir].
Saudaraku kaum muslimin…
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
senantiasa menjaga Fitrah yang ada dalam diri-diri kita, dengan begitu
kita akan menerima syari’at Islam, agama tauhid dengan lapang dada.
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. al-An’am [6]: 125). (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.
“Menulis
di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan
sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos.
Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah,
sesuai dengan keinginan kita.”
Dalam sebuah riwayat telah dikatakan
bahwa ada tiga macam amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya,
yaitu shodaqoh jariyah, anak yang sholih, dan ilmu yang bermanfaat.
Merujuk pada kandungan hadits tersebut,
coba anda bayangkan sejenak, bagaimanakah jadinya hari-hari anda, hidup
anda, masa tua anda, bahkan nasib anda setelah meninggalkan dunia ini,
jika memiliki seorang anak yang bermoral bejat, durhaka kepada Allah dan
orang tua. Na’udzubillah! Tentunya hari-hari dalam kehidupan keluarga
anda akan jauh dari keharmonisan. Mungkin setiap hari anda akan
berteriak-teriak, marah-marah, makan hati karena melihat tingkah laku
anak anda yang suka berjudi, berkelahi, minum-minuman keras, pecandu
narkoba, dan segala tingkah laku yang menyimpang dari syariat islam.
Dan Insya Allah akan lain keadaan yang
anda rasakan, jika memiliki seorang anak yang sholih atau sholihah.
misalnya Yang laki-laki hobi ke masjid untuk sholat berjama’ah, yang
perempuan rajin mengaji dan membantu orang tua, keduanya mengerti akan
tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar, rajin mendo’a kan kedua orang
tuanya, dan tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya baik dengan
sikap maupun tutur katanya. Kalau sudah begitu…siapa yang tidak
mendambakan memiliki anak yang sholih atau sholihah?
Dalam hal ini ada sebuah peribahasa yang
mengatakan “Menuntut ilmu di masa muda bagai mengukir di atas batu,
menuntut ilmu di masa tua bagai mengukir di atas air”.
Bila kita mengharapakan seorang anak
yang sholih atau sholihah, hendaknya semua itu dapat kita perjuangkan
sejak dini. Beri ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang agama islam
kepada anak sejak dini. Karena, pada usia dini seorang anak laksana
kertas putih yang belum bernoda setitikpun, sehingga akan mudah bagi
kita untuk menulisinya dengan kalimat-kalimat islami dan Robbani di
atasnya. Lain halnya jika kita baru mulai memberikan pendidikan di
usianya yang sudah mulai dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan
untuk berhasil, namun tentunya hal tersebut akan jauh lebih sulit dan
hasilnyapun jauh lebih sedikit atau bahkan nihil. Hal ini terjadi karena
pada usia yang telah dewasa, kertas putih tadi biasanya sudah penuh
dengan titik-titik, garis-garis, bahkan kata dan kalimat yang beraneka
bentuk, makna dan warna. Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan
noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas
kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan
memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.
Untuk itu, langkah terbaik agar
menjadikan seorang anak menjadi sholih atau sholihah hendaknya dilakukan
sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan
pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal
berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:
Pertama, Bangunkan shubuh sejak balita
Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah
aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk
melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh
sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebuah
kebiasaan.
Kedua, Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami
Sebab Lingkungan dan pergaulan adalah
salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka,
dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA
atau Taman Pendidikan Al-Qur’an atau mengikuti kursus-kursus islam di
Masjid dan sebagainya.
Ketiga, Jangan egois!
Sebagai Orang tua, kita adalah teladan
yang pertama bagi anak, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak
anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk
mengaji atau pergi sholat berjama’ah, sedangkan anda tidak melakukannya.
Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal
secara kejiwaan.
Keempat, Perkenalkan batasan aurat sejak dini
Umumnya, cara berpakaian kita saat ini
adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak terutama
wanita, dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan
berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja
dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya.
Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD,
dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian
yang menutup aurat.
Jika kita memperkenalkan batasan aurat
kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang
menutup aurat sejak dini, insya Allah keadaannya akan berbalik. Ia akan
merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih
ke pakaian-pakaian yang tidak menutup aurat. Ia akan berpikir seribu
kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.
Kelima, Selalu membawa perlengkapan sholat
Maksudnya, ajarkan kepada anak untuk
selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan
melewati masuknya waktu sholat.
Keenam, Jauhkan anak dari mendengarkan musik dan menyaksikan acara di Televisi
Maksudnya, jauhkanlah anak dari
mendengarkan musik atau lagu seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan
lain-lain. Maksimalkan membaca Al-Qur’an, mendengarkan kaset murottal,
mendengarkan kaset ceramah.
Hendaknya, orang tua juga menghindarkan
anaknya dari televisi, alihkan mereka pada tontonan yang lebih mendidik
melalui kaset kaset CD atau MP3 dan DVD yang mengajarkan keislaman dan
ilmu pengetahuan umum.
Ketujuh, Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung
Ajarkan nilai-nilai islam yang anda
kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan
bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.
Ke delapan, Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an
Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an, sesuai dengan kadar kemampuan si
anak. Hubungkan hadits dan ayat Al-Qur’an ketika kita memberikan nasihat
atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.
Ke sembilan, Jadilah sahabat setia baginya
Perkecil sikap menggurui kepada anak,
bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang
nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang
yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.
Kesepuluh, Ciptakan nuansa kehangatan
Nuansa hangat dan harmonis dalam
keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk
anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada
anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih
nyaman dari pada di rumahnya sendiri.
Dan Yang terakhir, Sampaikan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan
Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah
makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan
semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa
bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari
emosi yang akan membuat anak sakit hati. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.
22.12
Smartvone
“Menulis
di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan
sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos.
Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah,
sesuai dengan keinginan kita.”
Dalam sebuah riwayat telah dikatakan
bahwa ada tiga macam amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya,
yaitu shodaqoh jariyah, anak yang sholih, dan ilmu yang bermanfaat.
Merujuk pada kandungan hadits tersebut,
coba anda bayangkan sejenak, bagaimanakah jadinya hari-hari anda, hidup
anda, masa tua anda, bahkan nasib anda setelah meninggalkan dunia ini,
jika memiliki seorang anak yang bermoral bejat, durhaka kepada Allah dan
orang tua. Na’udzubillah! Tentunya hari-hari dalam kehidupan keluarga
anda akan jauh dari keharmonisan. Mungkin setiap hari anda akan
berteriak-teriak, marah-marah, makan hati karena melihat tingkah laku
anak anda yang suka berjudi, berkelahi, minum-minuman keras, pecandu
narkoba, dan segala tingkah laku yang menyimpang dari syariat islam.
Dan Insya Allah akan lain keadaan yang
anda rasakan, jika memiliki seorang anak yang sholih atau sholihah.
misalnya Yang laki-laki hobi ke masjid untuk sholat berjama’ah, yang
perempuan rajin mengaji dan membantu orang tua, keduanya mengerti akan
tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar, rajin mendo’a kan kedua orang
tuanya, dan tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya baik dengan
sikap maupun tutur katanya. Kalau sudah begitu…siapa yang tidak
mendambakan memiliki anak yang sholih atau sholihah?
Dalam hal ini ada sebuah peribahasa yang
mengatakan “Menuntut ilmu di masa muda bagai mengukir di atas batu,
menuntut ilmu di masa tua bagai mengukir di atas air”.
Bila kita mengharapakan seorang anak
yang sholih atau sholihah, hendaknya semua itu dapat kita perjuangkan
sejak dini. Beri ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang agama islam
kepada anak sejak dini. Karena, pada usia dini seorang anak laksana
kertas putih yang belum bernoda setitikpun, sehingga akan mudah bagi
kita untuk menulisinya dengan kalimat-kalimat islami dan Robbani di
atasnya. Lain halnya jika kita baru mulai memberikan pendidikan di
usianya yang sudah mulai dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan
untuk berhasil, namun tentunya hal tersebut akan jauh lebih sulit dan
hasilnyapun jauh lebih sedikit atau bahkan nihil. Hal ini terjadi karena
pada usia yang telah dewasa, kertas putih tadi biasanya sudah penuh
dengan titik-titik, garis-garis, bahkan kata dan kalimat yang beraneka
bentuk, makna dan warna. Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan
noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas
kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan
memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.
Untuk itu, langkah terbaik agar
menjadikan seorang anak menjadi sholih atau sholihah hendaknya dilakukan
sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan
pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal
berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:
Pertama, Bangunkan shubuh sejak balita
Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah
aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk
melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh
sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebuah
kebiasaan.
Kedua, Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami
Sebab Lingkungan dan pergaulan adalah
salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka,
dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA
atau Taman Pendidikan Al-Qur’an atau mengikuti kursus-kursus islam di
Masjid dan sebagainya.
Ketiga, Jangan egois!
Sebagai Orang tua, kita adalah teladan
yang pertama bagi anak, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak
anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk
mengaji atau pergi sholat berjama’ah, sedangkan anda tidak melakukannya.
Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal
secara kejiwaan.
Keempat, Perkenalkan batasan aurat sejak dini
Umumnya, cara berpakaian kita saat ini
adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak terutama
wanita, dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan
berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja
dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya.
Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD,
dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian
yang menutup aurat.
Jika kita memperkenalkan batasan aurat
kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang
menutup aurat sejak dini, insya Allah keadaannya akan berbalik. Ia akan
merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih
ke pakaian-pakaian yang tidak menutup aurat. Ia akan berpikir seribu
kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.
Kelima, Selalu membawa perlengkapan sholat
Maksudnya, ajarkan kepada anak untuk
selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan
melewati masuknya waktu sholat.
Keenam, Jauhkan anak dari mendengarkan musik dan menyaksikan acara di Televisi
Maksudnya, jauhkanlah anak dari
mendengarkan musik atau lagu seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan
lain-lain. Maksimalkan membaca Al-Qur’an, mendengarkan kaset murottal,
mendengarkan kaset ceramah.
Hendaknya, orang tua juga menghindarkan
anaknya dari televisi, alihkan mereka pada tontonan yang lebih mendidik
melalui kaset kaset CD atau MP3 dan DVD yang mengajarkan keislaman dan
ilmu pengetahuan umum.
Ketujuh, Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung
Ajarkan nilai-nilai islam yang anda
kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan
bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.
Ke delapan, Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an
Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an, sesuai dengan kadar kemampuan si
anak. Hubungkan hadits dan ayat Al-Qur’an ketika kita memberikan nasihat
atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.
Ke sembilan, Jadilah sahabat setia baginya
Perkecil sikap menggurui kepada anak,
bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang
nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang
yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.
Kesepuluh, Ciptakan nuansa kehangatan
Nuansa hangat dan harmonis dalam
keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk
anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada
anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih
nyaman dari pada di rumahnya sendiri.
Dan Yang terakhir, Sampaikan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan
Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah
makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan
semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa
bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari
emosi yang akan membuat anak sakit hati. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.
Ada
dua sikap kaum muslimah dalam berhias, ada banyak sekali wanita yang
berhias sampai ketika keluar rumahnya pun selalu berhias dengan rapi,
kaum wanita seperti ini berhias dengan alasan kerapian dan kebersihan,
sementara di sisi lain banyak juga yang sama sekali tidak memperhatikan
penampilannya dengan alasan menjaga kehormatan muslimah dan menghindari
tabarruj jahiliyah, sehingga kadang-kadang anti banget dengan yang
namanya berhias.
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits shahih dari Ibnu Mas’ud Radhiyallhu ‘anhu, bahwa Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan mencintai keindahan.”
Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi saudara mereka,
“Kalian akan mendatangi
saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, dan
pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat
di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu
yang buruk.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkategorikan kondisi dan pakaian yang tidak bagus sebagai
suatu hal yang buruk. Semuanya itu termasuk hal yang dibenci oleh Islam.
Islam mengajak kaum muslimin secara keseluruhan untuk selalu
berpenampilan bagus. Bertolak dari hal itu, seorang muslimah tidak boleh
mengabaikan dirinya dan bersikap tidak acuh terhadap penampilan yang
rapi dan bersih, terlebih lagi jika sudah membina rumah tangga.
Hendaknya ia senantiasa berpenampilan yang baik dengan tidak
berlebih-lebihan.
Muslimah yang cerdas akan senantiasa
menyelaraskan antara lahir dan batin. Perhatiannya pada penampilan yang
baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Karena
penampilan yang rapi dan bersih merupakan hal yang mulia. akan tetapi
ada batasan-batasan yang harus diperhatikan oleh kaum muslimah dalam
berhias. Postingan panduan kita untuk muslimah edisi ini akan berbagi panduan dalam berhias.
Pertama adalah menjaga Kebersihan badan
Sudah seharusnya seorang wanita menjaga
kebersihan badannya, salahsatu caranya adalah dengan mandi. hal ini bisa
kita lihat dalam sebuah hadits Dari Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu, nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam berkeliling
mengunjungi beberapa istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau
mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya,
‘Ya, Rosululloh, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rosululloh
shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.”
Mandi dapat menghilangkan kotoran
sehingga menjauhkan seorang muslimah dari penyakit dan menjaga agar
badannya tidak bau. Sehingga ia pun akan menjadi dekat dengan
orang-orang di sekitarnya.
Hendaklah seorang wanita juga menjaga
hal-hal yang termasuk fitrah diantaranya adalah mencabut bulu ketiak,
memotong kuku dan mencukur bulu kemaluan. Hal ini sangat dianjurkan
dalam Islam, karena dapat menjaga kebersihan dan keindahan tubuh seorang
muslimah. Oleh karenanya, seorang muslimah hendaknya tidak membiarkan
bulu-bulu itu lebih dari 40 hari.
Kemudian Perhatikanlah mulut, karena mulut ini dipakai untuk berdzikir dan berbicara kepada orang lain
Sebagai seorang wanita muslimah
hendaknya selalu menjaga kebersihan mulutnya dengan cara membersihkan
giginya dengan siwak atau sikat gigi dan alat pembersih lain jika tidak
ada siwak. Bersiwak dianjurkan dalam setiap keadaan dan lebih ditekankan
lagi ketika hendak berwudhu’, shalat, membaca Al-Qur’an, masuk ke dalam
rumah dan bangun malam ketika hendak shalat tahajjud. hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.”
Selain itu, hendaknya seorang muslimah menjaga mulutnya dari bau yang tidak sedap.
Karena bau yang tidak sedap mengganggu
malaikat dan orang-orang yang hadir di dalam masjid serta mengurangi
konsentrasi dalam berdzkikir. Maka hendaknya seorang muslimah juga
menjaga bau mulutnya di mana pun ia berada.
Berikutnya Rawatlah keindahan mahkota wanita atau rambut
Sudah seharusnya seorang muslimah
menjaga keindahan rambutnya karena rambut merupakan mahkota seorang
wanita. Dan hendaknya dia menjaga kebersihan, menyisir, merapikan dan
memperindah bentuknya. hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Dawud :
“Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya.”
Kemudian jangan abaikan Kebersihan pakaian
Islam menyukai orang yang menjaga
kebersihan pakaiannya dan tidak menyukai orang yang berpakaian kotor
padahal ia mampu mencuci dan membersihkannya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda,“Orang ini tidak mempunyai sabun yang dapat digunakan untuk mencuci pakaiannya.”
Jika petunjuk nabi ini ditujukan pada
laki-laki, maka terlebih lagi pada wanita karena ia memegang peranan
penting dalam rumah tangganya.
Selanjutnya adalah Perbaikilah penampilan
Sebagai seorang muslimah sudah
seharusnya memperbaiki penampilannya untuk menampakkan nikmat Alloh yang
telah diberikan kepadanya. Sebagaimana bunyi hadits Riwayat Tirmidzi
dan Hakim bahwa :
“Sesungguhnya Alloh senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba -Nya.”
Dan Seorang muslimah diperbolehkan untuk
menghiasi dirinya dengan hal-hal yang mubah misalnya mengenakan sutra
dan emas, mutiara dan berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan
inai alias pacar pada kuku dan menyemir rambut yang beruban, menggunakan
kosmetik alami atau kosmetik yang tidak mengandung zat berbahaya dengan
tidak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini bukanlah dengan maksud
mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.
Dan yang paling penting adalah Jangan bertabarruj
Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu
berhias untuk suami, berhias di depan wanita dan lelaki mahram, dan
berhias di depan lelaki bukan mahram.
Berhias untuk suami hukumnya sangat
dianjurkan dan tidak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita dan
lelaki mahram dibolehkan tetapi dengan batasan tidak menampakkan aurat
dan boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. dan
berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram dan inilah yang
disebut dengan tabarruj.
Kemudian Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam
Adapun cara berhias yang dilarang oleh Islam, adalah :
Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dalam kondisi darurat.
Kemudian Menyambung rambut. berdasarkan sebuah hadits
“Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa
sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain dan
wanita yang meminta agar rambutnya disambung.”
Menghilangkan sebagian atau
seluruh alis, Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi
dengan alat kikir sehingga membentuk sedikit kerenggangan untuk tujuan
mempercantik diri, Mentatto bagian tubuhnya, Dan Menyemir rambut dengan
warna hitam.
Demikianlah tuntunan atau panduan islam bagi wanita dalam hal berhias, jauhilah
berhias yang dilarang oleh syari’at, Sungguh wanita yang keluar rumah
dengan penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke
dalam api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dengan
kesantunan dan berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang
menempatkan dirinya pada tempat yang mulia. (Admin-HASMI).
.:: Wallohu Ta’ala ’Alam ::.
22.11
Smartvone
Ada
dua sikap kaum muslimah dalam berhias, ada banyak sekali wanita yang
berhias sampai ketika keluar rumahnya pun selalu berhias dengan rapi,
kaum wanita seperti ini berhias dengan alasan kerapian dan kebersihan,
sementara di sisi lain banyak juga yang sama sekali tidak memperhatikan
penampilannya dengan alasan menjaga kehormatan muslimah dan menghindari
tabarruj jahiliyah, sehingga kadang-kadang anti banget dengan yang
namanya berhias.
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits shahih dari Ibnu Mas’ud Radhiyallhu ‘anhu, bahwa Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan mencintai keindahan.”
Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi saudara mereka,
“Kalian akan mendatangi
saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, dan
pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat
di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu
yang buruk.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkategorikan kondisi dan pakaian yang tidak bagus sebagai
suatu hal yang buruk. Semuanya itu termasuk hal yang dibenci oleh Islam.
Islam mengajak kaum muslimin secara keseluruhan untuk selalu
berpenampilan bagus. Bertolak dari hal itu, seorang muslimah tidak boleh
mengabaikan dirinya dan bersikap tidak acuh terhadap penampilan yang
rapi dan bersih, terlebih lagi jika sudah membina rumah tangga.
Hendaknya ia senantiasa berpenampilan yang baik dengan tidak
berlebih-lebihan.
Muslimah yang cerdas akan senantiasa
menyelaraskan antara lahir dan batin. Perhatiannya pada penampilan yang
baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Karena
penampilan yang rapi dan bersih merupakan hal yang mulia. akan tetapi
ada batasan-batasan yang harus diperhatikan oleh kaum muslimah dalam
berhias. Postingan panduan kita untuk muslimah edisi ini akan berbagi panduan dalam berhias.
Pertama adalah menjaga Kebersihan badan
Sudah seharusnya seorang wanita menjaga
kebersihan badannya, salahsatu caranya adalah dengan mandi. hal ini bisa
kita lihat dalam sebuah hadits Dari Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu, nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam berkeliling
mengunjungi beberapa istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau
mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya,
‘Ya, Rosululloh, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rosululloh
shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.”
Mandi dapat menghilangkan kotoran
sehingga menjauhkan seorang muslimah dari penyakit dan menjaga agar
badannya tidak bau. Sehingga ia pun akan menjadi dekat dengan
orang-orang di sekitarnya.
Hendaklah seorang wanita juga menjaga
hal-hal yang termasuk fitrah diantaranya adalah mencabut bulu ketiak,
memotong kuku dan mencukur bulu kemaluan. Hal ini sangat dianjurkan
dalam Islam, karena dapat menjaga kebersihan dan keindahan tubuh seorang
muslimah. Oleh karenanya, seorang muslimah hendaknya tidak membiarkan
bulu-bulu itu lebih dari 40 hari.
Kemudian Perhatikanlah mulut, karena mulut ini dipakai untuk berdzikir dan berbicara kepada orang lain
Sebagai seorang wanita muslimah
hendaknya selalu menjaga kebersihan mulutnya dengan cara membersihkan
giginya dengan siwak atau sikat gigi dan alat pembersih lain jika tidak
ada siwak. Bersiwak dianjurkan dalam setiap keadaan dan lebih ditekankan
lagi ketika hendak berwudhu’, shalat, membaca Al-Qur’an, masuk ke dalam
rumah dan bangun malam ketika hendak shalat tahajjud. hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.”
Selain itu, hendaknya seorang muslimah menjaga mulutnya dari bau yang tidak sedap.
Karena bau yang tidak sedap mengganggu
malaikat dan orang-orang yang hadir di dalam masjid serta mengurangi
konsentrasi dalam berdzkikir. Maka hendaknya seorang muslimah juga
menjaga bau mulutnya di mana pun ia berada.
Berikutnya Rawatlah keindahan mahkota wanita atau rambut
Sudah seharusnya seorang muslimah
menjaga keindahan rambutnya karena rambut merupakan mahkota seorang
wanita. Dan hendaknya dia menjaga kebersihan, menyisir, merapikan dan
memperindah bentuknya. hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Dawud :
“Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya.”
Kemudian jangan abaikan Kebersihan pakaian
Islam menyukai orang yang menjaga
kebersihan pakaiannya dan tidak menyukai orang yang berpakaian kotor
padahal ia mampu mencuci dan membersihkannya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka beliau pun bersabda,“Orang ini tidak mempunyai sabun yang dapat digunakan untuk mencuci pakaiannya.”
Jika petunjuk nabi ini ditujukan pada
laki-laki, maka terlebih lagi pada wanita karena ia memegang peranan
penting dalam rumah tangganya.
Selanjutnya adalah Perbaikilah penampilan
Sebagai seorang muslimah sudah
seharusnya memperbaiki penampilannya untuk menampakkan nikmat Alloh yang
telah diberikan kepadanya. Sebagaimana bunyi hadits Riwayat Tirmidzi
dan Hakim bahwa :
“Sesungguhnya Alloh senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba -Nya.”
Dan Seorang muslimah diperbolehkan untuk
menghiasi dirinya dengan hal-hal yang mubah misalnya mengenakan sutra
dan emas, mutiara dan berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan
inai alias pacar pada kuku dan menyemir rambut yang beruban, menggunakan
kosmetik alami atau kosmetik yang tidak mengandung zat berbahaya dengan
tidak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini bukanlah dengan maksud
mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.
Dan yang paling penting adalah Jangan bertabarruj
Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu
berhias untuk suami, berhias di depan wanita dan lelaki mahram, dan
berhias di depan lelaki bukan mahram.
Berhias untuk suami hukumnya sangat
dianjurkan dan tidak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita dan
lelaki mahram dibolehkan tetapi dengan batasan tidak menampakkan aurat
dan boleh menampakkan perhiasan yang melekat pada selain aurat. dan
berhias di depan lelaki bukan mahram hukumnya haram dan inilah yang
disebut dengan tabarruj.
Kemudian Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam
Adapun cara berhias yang dilarang oleh Islam, adalah :
Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dalam kondisi darurat.
Kemudian Menyambung rambut. berdasarkan sebuah hadits
“Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa
sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain dan
wanita yang meminta agar rambutnya disambung.”
Menghilangkan sebagian atau
seluruh alis, Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi
dengan alat kikir sehingga membentuk sedikit kerenggangan untuk tujuan
mempercantik diri, Mentatto bagian tubuhnya, Dan Menyemir rambut dengan
warna hitam.
Demikianlah tuntunan atau panduan islam bagi wanita dalam hal berhias, jauhilah
berhias yang dilarang oleh syari’at, Sungguh wanita yang keluar rumah
dengan penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke
dalam api neraka. Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dengan
kesantunan dan berhias sesuai tuntunan Islam adalah wanita yang
menempatkan dirinya pada tempat yang mulia. (Admin-HASMI).
.:: Wallohu Ta’ala ’Alam ::.
Rabu, 21 Maret 2012
أَخْبَرَنِي عِمْرَانُ
بْنُ حُصَيْنٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصَرَ
عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً، أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ، فَقَالَ:
«وَيْحَكَ مَا هَذِهِ؟» قَالَ: مِنَ الْوَاهِنَةِ؟ قَالَ: «أَمَا إِنَّهَا
لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ؛ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ
وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا»
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melihat seorang lelaki yang di tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya, “Apa ini?”. Dia menjawab, “Untuk menangkal penyakit.” Maka Nabi mengatakan, “Lepaskan saja, karena sesungguhnya gelang itu tidak akan memperbaiki keadaanmu kecuali kamu semakin bertambah lemah. Bahkan kalau kamu meninggal dalam keadaan masih memakai gelang itu tentu kamu tidak akan bahagia selamanya” (HR. Ahmad, sanadnya la ba’sa bih)
Kandungan hadits secara global
Imran bin Hushain radhiyallahu’anhuma menyebutkan kepada kita salah satu sikap yang diambil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memerangi syirik dan membebaskan manusia darinya. Sikap beliau itu adalah : ketika beliau melihat ada seorang lelaki yang memakai gelang kuningan maka beliau menanyakan kepadanya maksud perbuatannya itu? Maka lelaki itu menjawab bahwa maksudnya mengenakan itu adalah untuk mencegah dari penyakit, maka beliau pun memerintahkan untuk segera membuangnya. Beliau juga memberitahukan kepadanya bahwa hal itu tidak akan berguna baginya bahkan membahayakan dirinya, dan gelang itu justru akan semakin menambah penyakit yang ingin dia hindari. Dan bahaya yang lebih besar daripada itu adalah jika anda tetap memakainya hingga mati maka keberuntungan di akhirat pun tidak akan anda dapatkan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini
Dalam riwayat lainnya,
Kandungan kedua hadits ini secara global
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keburukan kepada orang yang menggunakan jimat dengan keyakinan bahwa benda itu dapat menolak madharat agar Allah membalikkan apa yang dia maksudkan dan agar Allah tidak menyempurnakan urusan-urusannya. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan keburukan bagi orang yang memakai kerang untuk tujuan yang serupa agar Allah tidak membiarkan dia hidup dalam ketenangan, bahkan supaya segala gangguan menggoncangkan dirinya, doa ini dimaksudkan sebagai bentuk peringatan keras terhadap perbuatan itu, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan di dalam hadits yang kedua bahwa perbuatan ini termasuk syirik kepada Allah
Pelajaran yang dapat dipetik dari kedua hadits ini
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melihat seorang lelaki yang di tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya, “Apa ini?”. Dia menjawab, “Untuk menangkal penyakit.” Maka Nabi mengatakan, “Lepaskan saja, karena sesungguhnya gelang itu tidak akan memperbaiki keadaanmu kecuali kamu semakin bertambah lemah. Bahkan kalau kamu meninggal dalam keadaan masih memakai gelang itu tentu kamu tidak akan bahagia selamanya” (HR. Ahmad, sanadnya la ba’sa bih)
Kandungan hadits secara global
Imran bin Hushain radhiyallahu’anhuma menyebutkan kepada kita salah satu sikap yang diambil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memerangi syirik dan membebaskan manusia darinya. Sikap beliau itu adalah : ketika beliau melihat ada seorang lelaki yang memakai gelang kuningan maka beliau menanyakan kepadanya maksud perbuatannya itu? Maka lelaki itu menjawab bahwa maksudnya mengenakan itu adalah untuk mencegah dari penyakit, maka beliau pun memerintahkan untuk segera membuangnya. Beliau juga memberitahukan kepadanya bahwa hal itu tidak akan berguna baginya bahkan membahayakan dirinya, dan gelang itu justru akan semakin menambah penyakit yang ingin dia hindari. Dan bahaya yang lebih besar daripada itu adalah jika anda tetap memakainya hingga mati maka keberuntungan di akhirat pun tidak akan anda dapatkan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini
- Mengenakan gelang dan yang semacamnya dalam rangka menjaga diri dari serangan penyakit termasuk perbuatan syirik
- Larangan berobat dengan sesuatu yang diharamkan
- Mengingkari kemungkaran dan mengajari orang yang bodoh
- Bahaya syirik bagi kehidupan dunia dan akhirat
- Hendaknya pemberi fatwa menanyakan rincian masalah dan mempertimbangkan maksud perbuatan
- Syirik kecil merupakan dosa besar yang terbesar
- Tidak ada udzur karena bodoh untuk melakukan syirik
- Sikap keras dalam mengingkari orang yang melakukan salah satu perbuatan syirik agar dia meninggalkan dan menjauhinya
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً ، فَلا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ ، وَمَنْ عَلَّقَ وَدَعَةً ، فَلا وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka Allah tidak akan
menyempurnakan urusannya, dan barangsiapa yang menggantungkan wada’ah
(kerang) maka Allah tidak akan memberikan ketenangan baginya” (HR. Al Hakim 7582, Ibnu Hibban 6220, sanadnya diperselisihkan, Al Albani mendhaifkannya dalam Silsilah Adh Dha’ifah, 1266)Dalam riwayat lainnya,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad, no. 17092. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 492)Kandungan kedua hadits ini secara global
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keburukan kepada orang yang menggunakan jimat dengan keyakinan bahwa benda itu dapat menolak madharat agar Allah membalikkan apa yang dia maksudkan dan agar Allah tidak menyempurnakan urusan-urusannya. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan keburukan bagi orang yang memakai kerang untuk tujuan yang serupa agar Allah tidak membiarkan dia hidup dalam ketenangan, bahkan supaya segala gangguan menggoncangkan dirinya, doa ini dimaksudkan sebagai bentuk peringatan keras terhadap perbuatan itu, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan di dalam hadits yang kedua bahwa perbuatan ini termasuk syirik kepada Allah
Pelajaran yang dapat dipetik dari kedua hadits ini
- Menggantungkan jimat dan kerang termasuk perbuatan syirik
- Barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah maka Allah akan membalasnya dengan kebalikan dari apa yang dia inginkan
- Doa keburukan bagi orang yang menggantungkan jimat-jimat dan kerang bahwa dia akan kehilangan apa yang dia harapkan dan justru mendapatkan kebalikan dari keinginannya
20.26
Smartvone
أَخْبَرَنِي عِمْرَانُ
بْنُ حُصَيْنٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصَرَ
عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً، أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ، فَقَالَ:
«وَيْحَكَ مَا هَذِهِ؟» قَالَ: مِنَ الْوَاهِنَةِ؟ قَالَ: «أَمَا إِنَّهَا
لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ؛ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ
وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا»
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melihat seorang lelaki yang di tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya, “Apa ini?”. Dia menjawab, “Untuk menangkal penyakit.” Maka Nabi mengatakan, “Lepaskan saja, karena sesungguhnya gelang itu tidak akan memperbaiki keadaanmu kecuali kamu semakin bertambah lemah. Bahkan kalau kamu meninggal dalam keadaan masih memakai gelang itu tentu kamu tidak akan bahagia selamanya” (HR. Ahmad, sanadnya la ba’sa bih)
Kandungan hadits secara global
Imran bin Hushain radhiyallahu’anhuma menyebutkan kepada kita salah satu sikap yang diambil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memerangi syirik dan membebaskan manusia darinya. Sikap beliau itu adalah : ketika beliau melihat ada seorang lelaki yang memakai gelang kuningan maka beliau menanyakan kepadanya maksud perbuatannya itu? Maka lelaki itu menjawab bahwa maksudnya mengenakan itu adalah untuk mencegah dari penyakit, maka beliau pun memerintahkan untuk segera membuangnya. Beliau juga memberitahukan kepadanya bahwa hal itu tidak akan berguna baginya bahkan membahayakan dirinya, dan gelang itu justru akan semakin menambah penyakit yang ingin dia hindari. Dan bahaya yang lebih besar daripada itu adalah jika anda tetap memakainya hingga mati maka keberuntungan di akhirat pun tidak akan anda dapatkan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini
Dalam riwayat lainnya,
Kandungan kedua hadits ini secara global
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keburukan kepada orang yang menggunakan jimat dengan keyakinan bahwa benda itu dapat menolak madharat agar Allah membalikkan apa yang dia maksudkan dan agar Allah tidak menyempurnakan urusan-urusannya. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan keburukan bagi orang yang memakai kerang untuk tujuan yang serupa agar Allah tidak membiarkan dia hidup dalam ketenangan, bahkan supaya segala gangguan menggoncangkan dirinya, doa ini dimaksudkan sebagai bentuk peringatan keras terhadap perbuatan itu, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan di dalam hadits yang kedua bahwa perbuatan ini termasuk syirik kepada Allah
Pelajaran yang dapat dipetik dari kedua hadits ini
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melihat seorang lelaki yang di tangannya terdapat gelang dari kuningan, maka beliau bertanya, “Apa ini?”. Dia menjawab, “Untuk menangkal penyakit.” Maka Nabi mengatakan, “Lepaskan saja, karena sesungguhnya gelang itu tidak akan memperbaiki keadaanmu kecuali kamu semakin bertambah lemah. Bahkan kalau kamu meninggal dalam keadaan masih memakai gelang itu tentu kamu tidak akan bahagia selamanya” (HR. Ahmad, sanadnya la ba’sa bih)
Kandungan hadits secara global
Imran bin Hushain radhiyallahu’anhuma menyebutkan kepada kita salah satu sikap yang diambil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memerangi syirik dan membebaskan manusia darinya. Sikap beliau itu adalah : ketika beliau melihat ada seorang lelaki yang memakai gelang kuningan maka beliau menanyakan kepadanya maksud perbuatannya itu? Maka lelaki itu menjawab bahwa maksudnya mengenakan itu adalah untuk mencegah dari penyakit, maka beliau pun memerintahkan untuk segera membuangnya. Beliau juga memberitahukan kepadanya bahwa hal itu tidak akan berguna baginya bahkan membahayakan dirinya, dan gelang itu justru akan semakin menambah penyakit yang ingin dia hindari. Dan bahaya yang lebih besar daripada itu adalah jika anda tetap memakainya hingga mati maka keberuntungan di akhirat pun tidak akan anda dapatkan.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini
- Mengenakan gelang dan yang semacamnya dalam rangka menjaga diri dari serangan penyakit termasuk perbuatan syirik
- Larangan berobat dengan sesuatu yang diharamkan
- Mengingkari kemungkaran dan mengajari orang yang bodoh
- Bahaya syirik bagi kehidupan dunia dan akhirat
- Hendaknya pemberi fatwa menanyakan rincian masalah dan mempertimbangkan maksud perbuatan
- Syirik kecil merupakan dosa besar yang terbesar
- Tidak ada udzur karena bodoh untuk melakukan syirik
- Sikap keras dalam mengingkari orang yang melakukan salah satu perbuatan syirik agar dia meninggalkan dan menjauhinya
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً ، فَلا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ ، وَمَنْ عَلَّقَ وَدَعَةً ، فَلا وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka Allah tidak akan
menyempurnakan urusannya, dan barangsiapa yang menggantungkan wada’ah
(kerang) maka Allah tidak akan memberikan ketenangan baginya” (HR. Al Hakim 7582, Ibnu Hibban 6220, sanadnya diperselisihkan, Al Albani mendhaifkannya dalam Silsilah Adh Dha’ifah, 1266)Dalam riwayat lainnya,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad, no. 17092. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 492)Kandungan kedua hadits ini secara global
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keburukan kepada orang yang menggunakan jimat dengan keyakinan bahwa benda itu dapat menolak madharat agar Allah membalikkan apa yang dia maksudkan dan agar Allah tidak menyempurnakan urusan-urusannya. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan keburukan bagi orang yang memakai kerang untuk tujuan yang serupa agar Allah tidak membiarkan dia hidup dalam ketenangan, bahkan supaya segala gangguan menggoncangkan dirinya, doa ini dimaksudkan sebagai bentuk peringatan keras terhadap perbuatan itu, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitakan di dalam hadits yang kedua bahwa perbuatan ini termasuk syirik kepada Allah
Pelajaran yang dapat dipetik dari kedua hadits ini
- Menggantungkan jimat dan kerang termasuk perbuatan syirik
- Barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah maka Allah akan membalasnya dengan kebalikan dari apa yang dia inginkan
- Doa keburukan bagi orang yang menggantungkan jimat-jimat dan kerang bahwa dia akan kehilangan apa yang dia harapkan dan justru mendapatkan kebalikan dari keinginannya
Minggu, 11 Maret 2012
There were once a man and a woman who had long in vain
wished for a child. At length the woman hoped that God
was about to grant her desire. These people had a little
window at the back of their house from which a splendid garden
could be seen, which was full of the most beautiful flowers and
herbs. It was, however, surrounded by a high wall, and no one
dared to go into it because it belonged to an enchantress, who had
great power and was dreaded by all the world. One day the woman
was standing by this window and looking down into the garden,
when she saw a bed which was planted with the most beautiful
rampion - rapunzel, and it looked so fresh and green that she
longed for it, and had the greatest desire to eat some. This desire
increased every day, and as she knew that she could not get any
of it, she quite pined away, and began to look pale and miserable.
Then her husband was alarmed, and asked, what ails you, dear
wife. Ah, she replied, if I can't eat some of the rampion, which
is in the garden behind our house, I shall die. The man, who loved
her, thought, sooner than let your wife die, bring her some of
the rampion yourself, let it cost what it will. At twilight, he
clambered down over the wall into the garden of the enchantress,
hastily clutched a handful of rampion, and took it to his wife. She
at once made herself a salad of it, and ate it greedily. It tasted
so good to her - so very good, that the next day she longed for it
three times as much as before. If he was to have any rest, her
husband must once more descend into the garden. In the gloom of
evening, therefore, he let himself down again. But when he had
clambered down the wall he was terribly afraid, for he saw the
enchantress standing before him. How can you dare, said she with
angry look, descend into my garden and steal my rampion like a
thief. You shall suffer for it. Ah, answered he, let mercy take
the place of justice, I only made up my mind to do it out of
necessity. My wife saw your rampion from the window, and felt such
a longing for it that she would have died if she had not got some
to eat. Then the enchantress allowed her anger to be softened, and
said to him, if the case be as you say, I will allow you to take
away with you as much rampion as you will, only I make one
condition, you must give me the child which your wife will bring
into the world. It shall be well treated, and I will care for it
like a mother. The man in his terror consented to everything, and
when the woman was brought to bed, the enchantress appeared at once,
gave the child the name of rapunzel, and took it away with her.
Rapunzel grew into the most beautiful child under the sun.
When she was twelve years old, the enchantress shut her into a
tower, which lay in a forest, and had neither stairs nor door, but
quite at the top was a little window. When the enchantress
wanted to go in, she placed herself beneath it and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair to me.
Rapunzel had magnificent long hair, fine as spun gold, and when
she heard the voice of the enchantress she unfastened her braided
tresses, wound them round one of the hooks of the window above,
and then the hair fell twenty ells down, and the enchantress climbed
up by it.
After a year or two, it came to pass that the king's son rode
through the forest and passed by the tower. Then he heard a song,
which was so charming that he stood still and listened. This was
rapunzel, who in her solitude passed her time in letting her sweet
voice resound. The king's son wanted to climb up to her, and
looked for the door of the tower, but none was to be found. He
rode home, but the singing had so deeply touched his heart, that
every day he went out into the forest and listened to it. Once when
he was thus standing behind a tree, he saw that an enchantress
came there, and he heard how she cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair.
Then rapunzel let down the braids of her hair, and the
enchantress climbed up to her. If that is the ladder by which one
mounts, I too will try my fortune, said he, and the next day when
it began to grow dark, he went to the tower and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair.
Immediately the hair fell down and the king's son climbed up.
At first rapunzel was terribly frightened when a man, such as
her eyes had never yet beheld, came to her. But the king's son
began to talk to her quite like a friend, and told her that his
heart had been so stirred that it had let him have no rest, and he
had been forced to see her. Then rapunzel lost her fear, and when
he asked her if she would take him for her husband, and she saw that
he was young and handsome, she thought, he will love me more than
old dame gothel does. And she said yes, and laid her hand in his.
She said, I will willingly go away with you, but I do not know
how to get down. Bring with you a skein of silk every time that
you come, and I will weave a ladder with it, and when that is ready
I will descend, and you will take me on your horse. They agreed
that until that time he should come to her every evening, for the
old woman came by day. The enchantress remarked nothing of
this, until once rapunzel said to her, tell me, dame gothel, how
it happens that you are so much heavier for me to draw up than
the young king's son - he is with me in a moment. Ah. You
wicked child, cried the enchantress. What do I hear you say. I
thought I had separated you from all the world, and yet you have
deceived me. In her anger she clutched rapunzel's beautiful
tresses, wrapped them twice round her left hand, seized a pair of
scissors with the right, and snip, snap, they were cut off, and the
lovely braids lay on the ground. And she was so pitiless that she
took poor rapunzel into a desert where she had to live in great
grief and misery.
On the same day that she cast out rapunzel, however, the
enchantress fastened the braids of hair, which she had cut off, to
the hook of the window, and when the king's son came and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair,
she let the hair down. The king's son ascended, but instead of
finding his dearest rapunzel, he found the enchantress, who gazed
at him with wicked and venomous looks. Aha, she cried mockingly,
you would fetch your dearest, but the beautiful bird sits
no longer singing in the nest. The cat has got it, and will scratch
out your eyes as well. Rapunzel is lost to you. You will never see
her again. The king's son was beside himself with pain, and in
his despair he leapt down from the tower. He escaped with his life,
but the thorns into which he fell pierced his eyes. Then he
wandered quite blind about the forest, ate nothing but roots and
berries, and did naught but lament and weep over the loss of his
dearest wife. Thus he roamed about in misery for some years, and at
length came to the desert where rapunzel, with the twins to which
she had given birth, a boy and a girl, lived in wretchedness. He
heard a voice, and it seemed so familiar to him that he went towards
it, and when he approached, rapunzel knew him and fell on his neck
and wept. Two of her tears wetted his eyes and they grew clear
again, and he could see with them as before. He led her to his
kingdom where he was joyfully received, and they lived for a long
time afterwards, happy and contented.
08.23
Smartvone
There were once a man and a woman who had long in vain
wished for a child. At length the woman hoped that God
was about to grant her desire. These people had a little
window at the back of their house from which a splendid garden
could be seen, which was full of the most beautiful flowers and
herbs. It was, however, surrounded by a high wall, and no one
dared to go into it because it belonged to an enchantress, who had
great power and was dreaded by all the world. One day the woman
was standing by this window and looking down into the garden,
when she saw a bed which was planted with the most beautiful
rampion - rapunzel, and it looked so fresh and green that she
longed for it, and had the greatest desire to eat some. This desire
increased every day, and as she knew that she could not get any
of it, she quite pined away, and began to look pale and miserable.
Then her husband was alarmed, and asked, what ails you, dear
wife. Ah, she replied, if I can't eat some of the rampion, which
is in the garden behind our house, I shall die. The man, who loved
her, thought, sooner than let your wife die, bring her some of
the rampion yourself, let it cost what it will. At twilight, he
clambered down over the wall into the garden of the enchantress,
hastily clutched a handful of rampion, and took it to his wife. She
at once made herself a salad of it, and ate it greedily. It tasted
so good to her - so very good, that the next day she longed for it
three times as much as before. If he was to have any rest, her
husband must once more descend into the garden. In the gloom of
evening, therefore, he let himself down again. But when he had
clambered down the wall he was terribly afraid, for he saw the
enchantress standing before him. How can you dare, said she with
angry look, descend into my garden and steal my rampion like a
thief. You shall suffer for it. Ah, answered he, let mercy take
the place of justice, I only made up my mind to do it out of
necessity. My wife saw your rampion from the window, and felt such
a longing for it that she would have died if she had not got some
to eat. Then the enchantress allowed her anger to be softened, and
said to him, if the case be as you say, I will allow you to take
away with you as much rampion as you will, only I make one
condition, you must give me the child which your wife will bring
into the world. It shall be well treated, and I will care for it
like a mother. The man in his terror consented to everything, and
when the woman was brought to bed, the enchantress appeared at once,
gave the child the name of rapunzel, and took it away with her.
Rapunzel grew into the most beautiful child under the sun.
When she was twelve years old, the enchantress shut her into a
tower, which lay in a forest, and had neither stairs nor door, but
quite at the top was a little window. When the enchantress
wanted to go in, she placed herself beneath it and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair to me.
Rapunzel had magnificent long hair, fine as spun gold, and when
she heard the voice of the enchantress she unfastened her braided
tresses, wound them round one of the hooks of the window above,
and then the hair fell twenty ells down, and the enchantress climbed
up by it.
After a year or two, it came to pass that the king's son rode
through the forest and passed by the tower. Then he heard a song,
which was so charming that he stood still and listened. This was
rapunzel, who in her solitude passed her time in letting her sweet
voice resound. The king's son wanted to climb up to her, and
looked for the door of the tower, but none was to be found. He
rode home, but the singing had so deeply touched his heart, that
every day he went out into the forest and listened to it. Once when
he was thus standing behind a tree, he saw that an enchantress
came there, and he heard how she cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair.
Then rapunzel let down the braids of her hair, and the
enchantress climbed up to her. If that is the ladder by which one
mounts, I too will try my fortune, said he, and the next day when
it began to grow dark, he went to the tower and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair.
Immediately the hair fell down and the king's son climbed up.
At first rapunzel was terribly frightened when a man, such as
her eyes had never yet beheld, came to her. But the king's son
began to talk to her quite like a friend, and told her that his
heart had been so stirred that it had let him have no rest, and he
had been forced to see her. Then rapunzel lost her fear, and when
he asked her if she would take him for her husband, and she saw that
he was young and handsome, she thought, he will love me more than
old dame gothel does. And she said yes, and laid her hand in his.
She said, I will willingly go away with you, but I do not know
how to get down. Bring with you a skein of silk every time that
you come, and I will weave a ladder with it, and when that is ready
I will descend, and you will take me on your horse. They agreed
that until that time he should come to her every evening, for the
old woman came by day. The enchantress remarked nothing of
this, until once rapunzel said to her, tell me, dame gothel, how
it happens that you are so much heavier for me to draw up than
the young king's son - he is with me in a moment. Ah. You
wicked child, cried the enchantress. What do I hear you say. I
thought I had separated you from all the world, and yet you have
deceived me. In her anger she clutched rapunzel's beautiful
tresses, wrapped them twice round her left hand, seized a pair of
scissors with the right, and snip, snap, they were cut off, and the
lovely braids lay on the ground. And she was so pitiless that she
took poor rapunzel into a desert where she had to live in great
grief and misery.
On the same day that she cast out rapunzel, however, the
enchantress fastened the braids of hair, which she had cut off, to
the hook of the window, and when the king's son came and cried,
rapunzel, rapunzel,
let down your hair,
she let the hair down. The king's son ascended, but instead of
finding his dearest rapunzel, he found the enchantress, who gazed
at him with wicked and venomous looks. Aha, she cried mockingly,
you would fetch your dearest, but the beautiful bird sits
no longer singing in the nest. The cat has got it, and will scratch
out your eyes as well. Rapunzel is lost to you. You will never see
her again. The king's son was beside himself with pain, and in
his despair he leapt down from the tower. He escaped with his life,
but the thorns into which he fell pierced his eyes. Then he
wandered quite blind about the forest, ate nothing but roots and
berries, and did naught but lament and weep over the loss of his
dearest wife. Thus he roamed about in misery for some years, and at
length came to the desert where rapunzel, with the twins to which
she had given birth, a boy and a girl, lived in wretchedness. He
heard a voice, and it seemed so familiar to him that he went towards
it, and when he approached, rapunzel knew him and fell on his neck
and wept. Two of her tears wetted his eyes and they grew clear
again, and he could see with them as before. He led her to his
kingdom where he was joyfully received, and they lived for a long
time afterwards, happy and contented.
cerita rakyat indonesia timun mas dalam bahasa inggris
ini berasal dari daerah jawa tengah mengisahkan tentang janda yang
menginginkan seorang anak lalu didatangi raksasa yang bisa memberikan
anak dengan syarat setelah usianya enam tahun harus diserahkan kepada
raksasa untuk disantap. lalu raksasa memberikan biji mentimun yang
kemudian ditanam kemudian berbuah salah satunya tampak besar berwarna
emas lalu dengan hati-hati dibuka ternyata seorang bayi cantik.
bagaimana kelanjutannya ?
berikut kisah lengkapnya dalam versi bahasa inggris
Timun Emas
Long time ago, lived an old women named Mbok Sirni. She lived by herself because her husband had long passed away and she had no children. Every day, she prayed so God would give her a child. One night, when she was praying, a giant passed her house and heard her pray. “I can give you a child on one condition,” the giant said to Mbok Sirni, “You must give the child back to me when it is six years old.” Mbok Sirni was so happy; she did not think about the risk of losing the child later and agreed to take the giant’s offer. The giant then gave her a bunch of cucumber seeds. “Plant it around your house.” The giant then left without saying anything else. In the morning, Mbok Sirni planted the seeds. The seeds grew within mere days, and blossomed plentifully.Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. Carefully, Mbok Sirni plucked the golden cucumber and carried it home. With caution and care, she sliced the cucumber. She was very surprised to see a beautiful baby girl inside the cucumber. She then named the baby Timun Emas (it means Golden Cucumber).
Years passed by and Timun Emas has grew to become a lovely and beautiful little girl. She was also smart and kind. Mbok Sirni loved her very much. But she kept thinking about the time the giant would take Timun Emas away from her. One night, Mbok Sirni had a dream. In order to save Timun Emas from the giant, she had to meet the holy man who lived in Mount Gundul. The next morning, Mbok Sirni took leave of Timun Emas to go to Mount Gundul. The holy man then gave her four little bags, each one containing cucumber seeds, needles, salt, and shrimp paste. “Timun Emas can use these to protect herself,” said the holy man to Mbok Sirni.
A few days later, the giant came to see Mbok Sirni about her promise. “Mbok Sirni! Where is Timun Emas?” shouted the giant. “My daughter, take these bag with you. It can save you from the giant. Now, run through the back door,” said Mbok Sirni. But the giant saw Timun Emas running to the woods. The giant was angry. Starved and enraged, he rushed toward Timun Emas. Mbok Sirni tried to stop him, but the giant was unstoppable.
The giant was getting closer and closer, so Timun Emas opened the first bag she got from Mbok Sirni. Inside the bag were cucumber seeds. She threw the seeds, and instantly they grew into large cucumber field. But the giant ate them all, giving him more strength. As the giant was getting close, Timun Emas took the second bag with needles inside and spilled the content behind her. The needles turned into bamboo trees, sharp and thorny. The giant’s body was scratched and bled. “Aaargh, I’ll get you, Timun Emas!” shouted the giant as he tried to get himself out from the bamboo field. He made it and still chasing Timun Emas.
Timun Emas then reached the third bag and spilled the salt inside. The ground which the salt touched turned into a deep sea. The giant almost drown and had to swim to cross the sea. After some time, he managed to get out from the water. Timun Emas saw the giant coming, so she reached for the last bag. She took the shrimp paste and threw it. The shrimp paste became a big swamp of boiling mud. The giant was trapped in the middle of the swamp. The mud slowly but surely drowned him. Helpless, he roared out, “Help! Heeeeelp…!” Then the giant drown and died. Timun Mas then immediately went home. Since then, Timun Emas and Mbok Sirni live happily ever after.***
berikut kisah lengkapnya dalam versi bahasa inggris
Timun Emas
Long time ago, lived an old women named Mbok Sirni. She lived by herself because her husband had long passed away and she had no children. Every day, she prayed so God would give her a child. One night, when she was praying, a giant passed her house and heard her pray. “I can give you a child on one condition,” the giant said to Mbok Sirni, “You must give the child back to me when it is six years old.” Mbok Sirni was so happy; she did not think about the risk of losing the child later and agreed to take the giant’s offer. The giant then gave her a bunch of cucumber seeds. “Plant it around your house.” The giant then left without saying anything else. In the morning, Mbok Sirni planted the seeds. The seeds grew within mere days, and blossomed plentifully.Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. Carefully, Mbok Sirni plucked the golden cucumber and carried it home. With caution and care, she sliced the cucumber. She was very surprised to see a beautiful baby girl inside the cucumber. She then named the baby Timun Emas (it means Golden Cucumber).
Years passed by and Timun Emas has grew to become a lovely and beautiful little girl. She was also smart and kind. Mbok Sirni loved her very much. But she kept thinking about the time the giant would take Timun Emas away from her. One night, Mbok Sirni had a dream. In order to save Timun Emas from the giant, she had to meet the holy man who lived in Mount Gundul. The next morning, Mbok Sirni took leave of Timun Emas to go to Mount Gundul. The holy man then gave her four little bags, each one containing cucumber seeds, needles, salt, and shrimp paste. “Timun Emas can use these to protect herself,” said the holy man to Mbok Sirni.
A few days later, the giant came to see Mbok Sirni about her promise. “Mbok Sirni! Where is Timun Emas?” shouted the giant. “My daughter, take these bag with you. It can save you from the giant. Now, run through the back door,” said Mbok Sirni. But the giant saw Timun Emas running to the woods. The giant was angry. Starved and enraged, he rushed toward Timun Emas. Mbok Sirni tried to stop him, but the giant was unstoppable.
The giant was getting closer and closer, so Timun Emas opened the first bag she got from Mbok Sirni. Inside the bag were cucumber seeds. She threw the seeds, and instantly they grew into large cucumber field. But the giant ate them all, giving him more strength. As the giant was getting close, Timun Emas took the second bag with needles inside and spilled the content behind her. The needles turned into bamboo trees, sharp and thorny. The giant’s body was scratched and bled. “Aaargh, I’ll get you, Timun Emas!” shouted the giant as he tried to get himself out from the bamboo field. He made it and still chasing Timun Emas.
Timun Emas then reached the third bag and spilled the salt inside. The ground which the salt touched turned into a deep sea. The giant almost drown and had to swim to cross the sea. After some time, he managed to get out from the water. Timun Emas saw the giant coming, so she reached for the last bag. She took the shrimp paste and threw it. The shrimp paste became a big swamp of boiling mud. The giant was trapped in the middle of the swamp. The mud slowly but surely drowned him. Helpless, he roared out, “Help! Heeeeelp…!” Then the giant drown and died. Timun Mas then immediately went home. Since then, Timun Emas and Mbok Sirni live happily ever after.***
© 2010, kursus bahasa inggris cepat. All rights reserved.
Artikel Bahasa Inggris Lainnya
Orang lain mencari artikel ini dengan keyword:
- cerita
anak bahasa inggris, cerita timun mas dalam bahasa inggris, Timun Mas,
cerita timun emas bahasa inggris, cerita timun mas, cerita rakyat timun
mas dalam bahasa inggris, timun mas versi bahasa inggris, cerita timun
mas berbahasa inggris, cerita rakyat dalam bahasa inggris timun mas,
timun mas dalam bahasa inggris
08.20
Smartvone
cerita rakyat indonesia timun mas dalam bahasa inggris
ini berasal dari daerah jawa tengah mengisahkan tentang janda yang
menginginkan seorang anak lalu didatangi raksasa yang bisa memberikan
anak dengan syarat setelah usianya enam tahun harus diserahkan kepada
raksasa untuk disantap. lalu raksasa memberikan biji mentimun yang
kemudian ditanam kemudian berbuah salah satunya tampak besar berwarna
emas lalu dengan hati-hati dibuka ternyata seorang bayi cantik.
bagaimana kelanjutannya ?
berikut kisah lengkapnya dalam versi bahasa inggris
Timun Emas
Long time ago, lived an old women named Mbok Sirni. She lived by herself because her husband had long passed away and she had no children. Every day, she prayed so God would give her a child. One night, when she was praying, a giant passed her house and heard her pray. “I can give you a child on one condition,” the giant said to Mbok Sirni, “You must give the child back to me when it is six years old.” Mbok Sirni was so happy; she did not think about the risk of losing the child later and agreed to take the giant’s offer. The giant then gave her a bunch of cucumber seeds. “Plant it around your house.” The giant then left without saying anything else. In the morning, Mbok Sirni planted the seeds. The seeds grew within mere days, and blossomed plentifully.Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. Carefully, Mbok Sirni plucked the golden cucumber and carried it home. With caution and care, she sliced the cucumber. She was very surprised to see a beautiful baby girl inside the cucumber. She then named the baby Timun Emas (it means Golden Cucumber).
Years passed by and Timun Emas has grew to become a lovely and beautiful little girl. She was also smart and kind. Mbok Sirni loved her very much. But she kept thinking about the time the giant would take Timun Emas away from her. One night, Mbok Sirni had a dream. In order to save Timun Emas from the giant, she had to meet the holy man who lived in Mount Gundul. The next morning, Mbok Sirni took leave of Timun Emas to go to Mount Gundul. The holy man then gave her four little bags, each one containing cucumber seeds, needles, salt, and shrimp paste. “Timun Emas can use these to protect herself,” said the holy man to Mbok Sirni.
A few days later, the giant came to see Mbok Sirni about her promise. “Mbok Sirni! Where is Timun Emas?” shouted the giant. “My daughter, take these bag with you. It can save you from the giant. Now, run through the back door,” said Mbok Sirni. But the giant saw Timun Emas running to the woods. The giant was angry. Starved and enraged, he rushed toward Timun Emas. Mbok Sirni tried to stop him, but the giant was unstoppable.
The giant was getting closer and closer, so Timun Emas opened the first bag she got from Mbok Sirni. Inside the bag were cucumber seeds. She threw the seeds, and instantly they grew into large cucumber field. But the giant ate them all, giving him more strength. As the giant was getting close, Timun Emas took the second bag with needles inside and spilled the content behind her. The needles turned into bamboo trees, sharp and thorny. The giant’s body was scratched and bled. “Aaargh, I’ll get you, Timun Emas!” shouted the giant as he tried to get himself out from the bamboo field. He made it and still chasing Timun Emas.
Timun Emas then reached the third bag and spilled the salt inside. The ground which the salt touched turned into a deep sea. The giant almost drown and had to swim to cross the sea. After some time, he managed to get out from the water. Timun Emas saw the giant coming, so she reached for the last bag. She took the shrimp paste and threw it. The shrimp paste became a big swamp of boiling mud. The giant was trapped in the middle of the swamp. The mud slowly but surely drowned him. Helpless, he roared out, “Help! Heeeeelp…!” Then the giant drown and died. Timun Mas then immediately went home. Since then, Timun Emas and Mbok Sirni live happily ever after.***
berikut kisah lengkapnya dalam versi bahasa inggris
Timun Emas
Long time ago, lived an old women named Mbok Sirni. She lived by herself because her husband had long passed away and she had no children. Every day, she prayed so God would give her a child. One night, when she was praying, a giant passed her house and heard her pray. “I can give you a child on one condition,” the giant said to Mbok Sirni, “You must give the child back to me when it is six years old.” Mbok Sirni was so happy; she did not think about the risk of losing the child later and agreed to take the giant’s offer. The giant then gave her a bunch of cucumber seeds. “Plant it around your house.” The giant then left without saying anything else. In the morning, Mbok Sirni planted the seeds. The seeds grew within mere days, and blossomed plentifully.Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. Carefully, Mbok Sirni plucked the golden cucumber and carried it home. With caution and care, she sliced the cucumber. She was very surprised to see a beautiful baby girl inside the cucumber. She then named the baby Timun Emas (it means Golden Cucumber).
Years passed by and Timun Emas has grew to become a lovely and beautiful little girl. She was also smart and kind. Mbok Sirni loved her very much. But she kept thinking about the time the giant would take Timun Emas away from her. One night, Mbok Sirni had a dream. In order to save Timun Emas from the giant, she had to meet the holy man who lived in Mount Gundul. The next morning, Mbok Sirni took leave of Timun Emas to go to Mount Gundul. The holy man then gave her four little bags, each one containing cucumber seeds, needles, salt, and shrimp paste. “Timun Emas can use these to protect herself,” said the holy man to Mbok Sirni.
A few days later, the giant came to see Mbok Sirni about her promise. “Mbok Sirni! Where is Timun Emas?” shouted the giant. “My daughter, take these bag with you. It can save you from the giant. Now, run through the back door,” said Mbok Sirni. But the giant saw Timun Emas running to the woods. The giant was angry. Starved and enraged, he rushed toward Timun Emas. Mbok Sirni tried to stop him, but the giant was unstoppable.
The giant was getting closer and closer, so Timun Emas opened the first bag she got from Mbok Sirni. Inside the bag were cucumber seeds. She threw the seeds, and instantly they grew into large cucumber field. But the giant ate them all, giving him more strength. As the giant was getting close, Timun Emas took the second bag with needles inside and spilled the content behind her. The needles turned into bamboo trees, sharp and thorny. The giant’s body was scratched and bled. “Aaargh, I’ll get you, Timun Emas!” shouted the giant as he tried to get himself out from the bamboo field. He made it and still chasing Timun Emas.
Timun Emas then reached the third bag and spilled the salt inside. The ground which the salt touched turned into a deep sea. The giant almost drown and had to swim to cross the sea. After some time, he managed to get out from the water. Timun Emas saw the giant coming, so she reached for the last bag. She took the shrimp paste and threw it. The shrimp paste became a big swamp of boiling mud. The giant was trapped in the middle of the swamp. The mud slowly but surely drowned him. Helpless, he roared out, “Help! Heeeeelp…!” Then the giant drown and died. Timun Mas then immediately went home. Since then, Timun Emas and Mbok Sirni live happily ever after.***
© 2010, kursus bahasa inggris cepat. All rights reserved.
Artikel Bahasa Inggris Lainnya
Orang lain mencari artikel ini dengan keyword:
- cerita
anak bahasa inggris, cerita timun mas dalam bahasa inggris, Timun Mas,
cerita timun emas bahasa inggris, cerita timun mas, cerita rakyat timun
mas dalam bahasa inggris, timun mas versi bahasa inggris, cerita timun
mas berbahasa inggris, cerita rakyat dalam bahasa inggris timun mas,
timun mas dalam bahasa inggris
Television, or TV, is one of humanity's most
important means of communication. It brings pictures and sounds from
around the world into millions of homes.
People
with a television set can sit in their house and watch the president
makes a speech or visits a foreign country. They can see a war being
fought, and they can wacth government leaders try to bring about peace.
Through television, viewers at home can see and learn about peopl,
places, and things in a away lands. Television even takes viewers out of
this world as the astronauts explore outer space.
In
addition to all these things, television brings its viewers a steady
stream of programmes that are designed to entertain. In fact, TV
provides many more entertainment programmes than any other kind of
information media. The programmes include action-packed dramas, light
comedies, soap operas, sports events, cartoons, quizzes, variety shows
and motion pictures.
More than 83 million
homes in the United States - or 98% of all the country's homes - have at
least one television set. On the average, a television set is in use in
each home for about 6 3/4 hours each day. As a result, television has
an important influence on how people spend their time, as well as on
what they see and learn. After they arrive from work, they usually watch
TV. Then, the importance of television is proven. (Taken from The New Book of Knowledge)
A Motel
A motel is a kind of accommodation that provides parking space for the
guest’s car. That’s why it is called a motel that stands for a motor
hotel. The parking space is near building. Sometimes a motel provides a
kitchen set to make a simple cook for breakfast. It is usually located
in a small town between two big cities.
(Taken from Bahasa Inggris SMP kelas 3)
(Taken from Bahasa Inggris SMP kelas 3)
Football
Games similar to football have been played for many centuries. The rules of the games were written down in 1863. In England, the FA ( Football Association ) cup was first played for in 1872. In the same year, England played Scotland in the first game.
Today the most important International Competition is the World Cup which takes place in every four years. Brazil and Italy have each won the world cup three times.
08.17
Smartvone
Television, or TV, is one of humanity's most
important means of communication. It brings pictures and sounds from
around the world into millions of homes.
People
with a television set can sit in their house and watch the president
makes a speech or visits a foreign country. They can see a war being
fought, and they can wacth government leaders try to bring about peace.
Through television, viewers at home can see and learn about peopl,
places, and things in a away lands. Television even takes viewers out of
this world as the astronauts explore outer space.
In
addition to all these things, television brings its viewers a steady
stream of programmes that are designed to entertain. In fact, TV
provides many more entertainment programmes than any other kind of
information media. The programmes include action-packed dramas, light
comedies, soap operas, sports events, cartoons, quizzes, variety shows
and motion pictures.
More than 83 million
homes in the United States - or 98% of all the country's homes - have at
least one television set. On the average, a television set is in use in
each home for about 6 3/4 hours each day. As a result, television has
an important influence on how people spend their time, as well as on
what they see and learn. After they arrive from work, they usually watch
TV. Then, the importance of television is proven. (Taken from The New Book of Knowledge)
A Motel
A motel is a kind of accommodation that provides parking space for the
guest’s car. That’s why it is called a motel that stands for a motor
hotel. The parking space is near building. Sometimes a motel provides a
kitchen set to make a simple cook for breakfast. It is usually located
in a small town between two big cities.
(Taken from Bahasa Inggris SMP kelas 3)
(Taken from Bahasa Inggris SMP kelas 3)
Football
Games similar to football have been played for many centuries. The rules of the games were written down in 1863. In England, the FA ( Football Association ) cup was first played for in 1872. In the same year, England played Scotland in the first game.
Today the most important International Competition is the World Cup which takes place in every four years. Brazil and Italy have each won the world cup three times.
Jumat, 09 Maret 2012
Ciri Fisik Rasulullah SAW
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang. (Mochamad Bugi) dakwatuna.com
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang. (Mochamad Bugi) dakwatuna.com
14.42
Smartvone
Ciri Fisik Rasulullah SAW
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang. (Mochamad Bugi) dakwatuna.com
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., “Nabi Muhammad saw. tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.”
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Rasulullah saw. di mata khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Ka’bah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia) berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya dan waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh. Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw. dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Ka’bah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun kembali Ka’bah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.
Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, “Ini dia Al-Amin. Kami ridha dengannya!”
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya dengan tangannya sendiri. “Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu angkatlah bersama-sama,” begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa senang. (Mochamad Bugi) dakwatuna.com
Langganan:
Postingan (Atom)