Ketauladanan
ummu Sulaim RA, ibunda dari Anas bin Malik RA pelayan Nabi Muhammad SAW
sangat terkenal dalam sejarah Islam. Saat ia dilamar oleh Abu Thalhah,
seorang hartawan musyrik di Madinah, dengan mahar emas dan perak, Ummu
Sulaim menolak.
Ummu Sulaim justru menginginkan mahar
yang jauh lebih berharga daripada emas dan perak. Itulah keislaman Abu
Thalhah. Abu Thalhah pun masuk Islam dan keislamannya sangat baik. Ia
adalah seorang jagoan panah yang sangat berani dalam barisan jihad kaum
muslimin Madinah. Dari pernikahan itu lahir seorang anak yang menjadi
permata kehidupan rumah tangga mereka.
Suatu ketika Abu Thalhah mengadakan
perjalanan dagang. Saat itu anak kesayangannya sakit keras dan kemudian
meninggal. Ummu Sulaim mengurus semuanya dari memandikan, mengafanai,
menyolatkan hingga menguburkannya. Ia bersabar dan menyembunyikan berita
kematian anak kesayanganya dari suaminya.
Ketika Abu Thalhah kembali ke rumah,
Ummu Sulaim menyambutnya dengan hangat. Ia menyediakan jamuan makan yang
lezat dan malamnya ia memberikan kehangatan yang memuaskan suaminya.
Keesokan harinya, barulah ia memberitahukan berita tentang meninggalnya
anak kesayangan mereka.
Kontan saja Abu Thalhah marah dan segera
pergi menemui Rasulullah SAW. Ia tumpahkan kekecewaan dan kesedihannya
kepada beliau SAW. Mendengar ceritanya, Rasulullah SAW mendoakan agar
keduanya dikaruniai anak yang shalih. Beliau bersabda,
وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ لَقَدْ قَذَفَ اللَّهُ – تَبَارَكَ وَتَعَالَى – فِي رَحِمِهَا ذَكَرًا؛ لِصَبْرِهَا عَلَى وَلَدِهَا
“Demi Allah Yang telah mengutusku
dengan kebenaran, Allah SWT telah menanamkan benih anak laki-laki dalam
rahimnya, berkat kesabarannya atas meninggalnya anaknya.”
Doa Nabi SAW dikabulkan Allah SWT dan
berita yang beliau kabarkan sungguh benar. Sembilan bulan setelah itu,
Ummu Sulaim melahirkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Rasulullah
SAW bersabda, “Wahai Anas, temuilah ibumu dan katakan kepadanya, “Jika
engkau telah memutuskan tali pusar bayimu, janganlah engkau berikan
kepadanya sesuatu pun, sampai engkau mengirimkannya kepadaku!”
Bayi itu akhirnya dibawa oleh Anas bin
Malik kepada Rasulullah SAW. Beliau SAW mengolesi langit-langit mulut
bayi itu dengan kunyahan kurma ‘Ajwah, kurma Madinah yang lembut. Bayi
laki-laki itu menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya. “Orang Anshar memang suka kurma,”seloroh Rasulullah SAW.
Beliau SAW kemudian bersabda, “Wahai Anas, bawalah bayi ini kepada ibumu dan katakan kepadanya:
بَارَكَ اللَّهُ لَكِ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا
“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”
(HR. Al-Bazzar 13/495 no. 7310
dengan sanad shahih. Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majma’
az-Zawaid wa Mamba’ul Fawaid, 9/261 berkata: Diriwayatkan oleh
Al-Bazzar, para perawinya adalah para perawi kitab ash-Shahih selain
Ahmad bin Manshur ar-Ramadi, dan ia adalah perawi yang tsiqah).
Inilah doa untuk orang yang dikaruniai
kelahiran bayi. Bila yang didoakan adalah seorang bapak, maka lafal doa
disesuaikan dengan kata ganti laki-laki sehingga berbunyi,
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهِ وَجَعَلَهُ بَرًّا تَقِيًّا
“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.”
Dan jika bayi yang lahir adalah perempuan, maka lafal doa disesuaikan dengan kata ganti perempuan sehingga berbunyi,
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا وَجَعَلَهَا بَرَّةًً تَقِيَّةً
“Semoga Allah memberkahimu pada bayi ini dan semoga Allah menjadikannya sebagai anak yang berbakti dan bertakwa.” (Admin-HASMI/Ar/Muhib).
Categories: Materi Sosial